Sepuluh Provinsi, diantaranya Riau, Babel, DKI
Jakarta, Jawa Tengah, yogjakarta, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur mendapatkan penghargaan dari Menteri
Dalam Negeri, Gamawan Fauzi. Kesepuluh provinsi ini dinilai telah bekerja baik
dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS. Menteri Dalam Negeri selaku Wakil Ketua Komisi
Penanggulangan Aids (KPA), Gamawan Fauzi menghimbau kepada para gubernur untuk
memberikan perhatian khusus terhadap penanggulangan HIV dan AIDS yang merupakan
salah satu bagian dari pencapaian tujuan Pembangunan Millenium ( MDG / Millenium
Development Goal) tujuan 6.
Hal tersebut dikatakan Mendagri ketika memimpin Rapat Kerja Gubernur
dalam membahas Percepatan Pencapaian MDG untuk HIV dan AIDS, di Jakarta. Rapat
Kerja tersebut dihadiri oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat HR. Agung
Laksono selaku Ketua KPA Nasional dan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu
Sedyaningsih, MPH.
Selain melakukan Rapat Kerja Gubernur, Mendagri juga memberikan penghargaan
bagi provinsi maupun Kabupaten/Kota yang telah bekerja baik dalam upaya
penanggulangan HIV dan AIDS. Adapun provinsi yang mendapatkan penghargaan
diantaranya Riau, Babel, DKI Jakarta, Jawa Tengah, yogjakarta, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur.
Menurut Menteri, di Indonesia hampir tidak ada provinsi yang dinyatakan bebas
dari HIV DAN AIDS, bahkan diperkirakan saat ini HIV dan AIDS sudah ditemukan
lebih dari separuh jumlah Kabupaten/Kota di Indonesia. Berdasarkan laporan
triwulan Menkes hingga Desember 2010, secara komulatif tercatat 24.131 kasus
AIDS.
Jika dilihat dari cara penularannya, mayoritas penularan melalui heteroseksual
(52,7%), disusul pengguna narkoba suntik (38,3%), dan lelaki seks dengan lelaki
(3,0%). Sebagian besar kasus AIDS tersebut didapatkan pada kelompokusia 20-29
tahun yaitu 47,4% dan kelompok umur 30-39 tahun sebesar 31,3% dan kelompok umur
40-49 tahun sebesar 9,4%.
“Dari 5 juta lelaki yang ‘berbelanja’ seks sedikit sekali yang menggunakan
kondom. Dari catatan data, pekerja seks yang terkena AIDS hanya 17%.Artinya,
sekitar 80% justru bukan pekerja seks wanita, bias saja ibu yang baik kemudian
terkena AIDS,” jelas Gamawan.
“Ini sesuatu yang mengerikan. Karenanya masalah tesebut harus dibahas secara
menyeluruh dan berani mengatakan simbol simbol persoalannya atau sesungguhnya,”
imbuh Menteri.
Diakuinya, memang agak sulit untuk memberikan pemahaman kepada mereka yang
rentan terhadap HIV dan AIDS. Apalagi lokalisasi agak sulit diberantas. Untuk
itulah diperlukan keterbukaan untuk mengatakan strategi apa yang harus
dilakukan, meski harus pahit dan tidak popular dan banyak tantangan namun
selama tujuannya untuk kepentingan orang banyak, Gamawan yakin pasti akan
berhasil.
Menurut Gamawan, sejak otonomi daerah tahun 1999 yang efektif berlaku pada awal
tahun 2000, banyak program yang menjadi program di daerah. Namun persoalannya,
tidak semua berjalan dengan baik. Salah satunya penanggulangan HIV dan AIDS.
Sebaliknya, ada beberapa daerahyang sudah memberikan perhatian khusus
menyediakan tim perawatan dan pengecekan, sehingga yang sudah tertular HIV
tidak sampai tertular AIDS.
Bila saat ini ada sekitar 55 ribu terkena HIV dan 24 ribu tertular AIDS, ke
depanya penyebarannya bisa dihambat agar penderita HIV tidak lebih besar dari
AIDS. Untuk itu, pengetahuan tentang HIV AIDS harus terus menerus ditingkatkan
di beberapa daerah di Indonesia sehingga akan menjadi sebuah program yang
serius. “Karena angka-angka tersebut sudah menakutkan kita semua,”kata Mendagri.
Ia pun membayangkan bila yang ‘berbelanja’ seks bertambah menjadi 10 juta, lalu
mereka banyak ‘berbelanja’ seks, bisa dibayangkan berapa banyak penduduk
Indonesia yang tertular HIV AIDS. Setiap daerah, lanjut dia mempunyai cara
tersendiri untuk mencegah agar HIV AIDS tidak meluas, misalnya melalui pemuka
agama, tokoh-tokoh adat, jalurpendidikan ataupun kesehatan. Bila dihindari
bersama, Mendagri yakin angka-angka tersebut akan berkurang, “Gubernur, Bupati
dan Walikota yang paling tahu kekuatan masing-masingdaerah untuk menghambat
ini,”jelas Gamawan.
Berkembang Pesat
Epidemi HIV
berkembang sangat pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kasus ini
telah mengakibatkan kematian 25 juta orang dan saat ini telah terdapat lebih
dari 33 juta orang hidup dengan HIV (sumber SRAN 2010-2014), Setiap hari secara
estimasi di dunia terdapat 7.400 kasus baru HIV atau 5 orang permenit dan 96%
diantaranya merupakan populasi di negara berkembang.
Melalui Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2006 mengenai peran dan Fungsi KPA
Nasional, telah dimulai intensifikasi penanggulangan HIV dan AIDS Indonesia.
Dengan dikeluarkannya Rencana Aksi Nasional (RAN) 2007-2010 yang kemudian
dilanjutkan dengan Strategi dan Rencana Aksi Nasional (SRAN) 2010-2014,
KPAN telah berupaya ilai upaya pencapaian universal akses ditahun 2015.
Sementara itu Ketua KPA Nasional, Agung Laksono mengatakan, mengacu pada SRAN
2010-2014, sejak Juli 2010, upaya penanggulangan AIDS yang komprehensif, yang
dikenal sebagai Total Football telah dilaksanakan di 33 provinsi dan 137
Kabupaten/Kota. Namun sebagian besar yaitu sebanyak 74% pembiayaan untuk
penanggulangan AIDS masih bersumber dari bantuan luar negeri, terutama Global
Fund, AUSAID dan USAID, “Namun harus kita sadari bantuan ini bersifat
sementara,” kata Agung. Ia menambahkan, dengan adanya pengarustamaan
penanggulangan AIDS dalam RPJMN dan RPJMD kemudian dengan meningkatnya APBN dan
APBD maka ketergantungan kepada bantuan luar negeri bisa makin berkurang.
Menurut Agung, suksesnya upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS
di daerah 4 tahun ke depan sangat tergantung pada komitmen dan kepemimpinan
para Gubernur dan jajarannya untuk bersama masyarakat sipil berupaya sekuat
tenaga mengalahkan virus HIV. (Liefyany / RS)