Docoment SMA


BAB I
PENDAHULUAN
                                     
1.1              Latar Belakang
Indonesia salah satu diantara banyak negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan sangat indah, sehingga banyak tempat di Indonesia yang dijadikan sebagai Objek Wisata yang mampu menarik perhatian para wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Jawa tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Indonesia yang memiliki objek wisata yang sangat menarik dan juga memiliki nilai sejarah kebudayaan Indonesia di masa lalu, seperti komplek Candi Borobudur, Candi Prambanan, Kraton Yogyakarta, Gua Jatijajar dan masih banyak lagi tempat wisata lainnya. Bahkan objek wisata Candi Borobudur pernah menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Untuk itu saya beserta rekan siswa-siswi kelas XII mengikuti observasi secara langsung ke tempat objek wisata yang berada disekitar Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, melalui kegiatan studi tur yang diselenggarakan oleh SMA Negeri 1 Kabupaten Tangerang, hal ini  sangat penting khususnya bagi siswa-siswi yang ingin menambah pengetahuan tentang objek-objek wisata yang berada di Indonesia, seperti komplek Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Gua Jatijajar, yang perlu dipelihara dan dijaga kelestariannya.

1.2              Tujuan Penelitian

   Adapun tujuan pembahasan makalah ini, antara lain :
1)        untuk mengetahui lokasi objek wisata di Yogyakarta, seperti Candi  Borobudur, Candi Prambanan, dan Gua Jatijajar ;
2)        untuk mengetahui sejarah, budaya, dan bangunan dari Candi Borobudur,Candi     Prambanan, dan Gua Jatijajar ;
3)        untuk mendeskripsikan keadaan dari Candi Borobudur, Candi Prambanan, Gua Jatijajar ; dan
4)        menambah pengetahuan tentang objek-objek wisata yang terdapat di Indonesia.
1.3              Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam melakukan observasi saya beserta siswa-siswi SMA Negeri 1 Kabupaten Tangerang mengunjungi 6 objek wisata antara lain :
1)      Kampus UGM;
2)      Candi Prambanan;
3)      Candi Borobudur;
4)      Malioboro;
5)      Cangkringan (gunung merapi);
6)      Gua Jatijajar.
Dari 6 objek wisata yang dikunjungi tersebut, saya membatasi observasi, sehubungan dengan keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran, saya membahas 3 objek wisata antara lain :
1)      Candi Borobudur;
2)      Candi Prambanan;
3)      Gua Jatijajar.
Yang akan dibahas dalam pembahasan Candi Borobudur meliputi : sejarah, lokasi,deskripsi bangunan dan usaha-usaha pengembangan Candi Borobudur. Sama  halnya seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan juga membahas sejarah, lokasi, dan deskripsi bangunan. Sedangkan Gua Jatijajar yang dibahas meliputi : asal mula Gua Jatijajar, faktor alam pembentuk gua, dan Pembangunan gua. Dari ketiga objek yang saya kunjungi, rumusan masalahnya sebagai berikut.
1)      Di manakah letak Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Gua Jatijajar ?
2)      Bagaimanakah sejarah terbentuknya Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Gua Jatijajar ?
3)      Bagaimanakah deskripsi dari bangunan Candi Borobudur dan Candi Prambanan ?
4)      Bagaimanakah usaha-usaha dalam pengembangan Candi Borobudur ?
5)      Bagaimanakah asal mula ditemukannya Gua Jatijajar ?
6)      Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor alam pembentuk Gua Jatijajar ?
7)      Bagaimanakah pembangunan Gua Jatijajar hingga saat ini ?


1.4              Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data pembuatan makalah ini menggunakan 2 cara yaitu
1)      Observasi
Saya melakukan penelitian secara langsung ke tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian, seperti komplek Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Gua Jatijajar.
2)      Studi Pustaka
Saya melakukan penelitian dengan cara mencari data melalui berbagai sumber buku yang terkait dengan pembahasan masalah objek wisata.

1.5              Sistematika Penulisan
Makalah ini memiliki sistematika sebagai berikut  :
Bab I. Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan dan pembahasan masalah, teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
Bab II. Pembahasan, membahas Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Gua Jatijajar. Candi Borobudur  membahas tentang sejarah, lokasi, deskripsi bangunan, arti, fungsi, dan pemugaran candi. Sementara itu pada Candi Prambanan yang diteliti mengenai sejarah, lokasi, dan deskripsi bangunan. Yang terakhir Gua Jatijajar yang menjadi penelitian pada objek wisata ini adalah sejarah, faktor alam (faktor-faktor terbentuknya Gua Jatijajar), dan pembangunan Gua Jatijajar.
Bab III. Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran serta bagian terakhir berisi daftar pustaka.






 
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Candi Borobudur
2.1.1 Sejarah Candi Borobudur
Sampai saat ini, secara pasti belum diketahui kapan Candi Borobudur didirikan, demikian juga pendirinya. Menurut Prof.  Dr. Soekmono dalam bukunya Chandi Borobudur a Monument of Mainkind (UNESCO 1976)”, menyebutkan bahwa tulisan singkat yang dipahatkan diatas pigura-pigura relief kaki candi ( Karmawibangga ) mewujudkan suatu garis  huruf yang bisa diketemukan pada berbagai prasasti dari ahir abad 8 sampai awal abad 9. Dimana pada abad itu di Jawa Tengah berkuasa raja-raja dari Wangsa Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha Mahayana. Dr. J.G. Caspris, menyingkapkan silsilah tiga wangsa Syailendra yang berturut-turut memegang pemerintahan yaitu raja Indra, putranya Samaratungga, kemudian putri Samaratungga Pramoda Wardani.
Candi Borobudur didirikan pada masa pemerintahan Raja Samaratungga, yang pada awalnya bernama Bhumi Sam-Bharabudhara yang kemudian menjadi Borobudur. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan dalam buku Pengantar Tentang Borobudur halaman 8. Yang menyatakan bahwa: “Candi Borobudur didirikan pada masa Raja Samaratungga.”1
 Mulailah dibangun candi yang bernama : Bhumi Sam– Bharabudhara, yang dapat ditafsirkan sebagai bukit peningkatan kebajikan, setelah melampaui sepuluh tingkat Bodhisatwa. Karena penyesuaian pada bahasa jawa agaknya kurang, akhirnya Bhara Budhara menjadi Borobudur.
Dari tokoh Jacques Dumarcay seorang arsitek Prancis memperkirakan bahwa Candi borobudur berdiri pada zaman keemasan dinasti Syailendra yaitu pada tahun 750-850 M. Keberhasilan yang luar biasa disamping pendirian Candi Borobudur, juga berhasil menjalankan Kekaisaran Khmer di Kamboja yang pada saat itu merupakan  kerajaan besar. Setelah menjalankan kerajaan Khmer , putra mahkota dibawa ke indonesia (jawa) dan setelah cukup dewasa dikembalikan ke Kamboja, yang kemudian menjadi raja bergelar Jayawarman II pada tahun 802.
4
 
1Madhori, Pengantar Tentang Borobudur (Yogyakarta, Kupu, 2007), hlm. 8.
2.1.2 Lokasi Candi Borobudur
Candi Borobudur terletak di suatu kecamatan yang bernama Kecamatan Borobudur dan di sekitar Candi Borobudur terdapat beberapa pegunungan. Hal ini sesuai dengan yang di utarakan oleh P.T Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko halaman 4. Yang menyatakan bahwa:
Candi Borobudur terletak di kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah. Candi ini dari Kota Magelang terletak disebelah selatan 15 Km. Gunung yang melingkari Candi Borobudur disebelah timur terdapat gunung Merbabu dan Merapi, sebelah barat laut terdapat gunung Sumbing dan Sindoro, sebelah utara terdapat gunung Tidar dan Pakuning Tanah Jawa, dan sebelah selatan terdapat Pegunungan Manoreh.2
2.1.3 Deskripsi Bangunan
2.1.3.1 Uraian Banguanan Candi Borobudur
Bangunan Candi Borobudur tersusun dari beberapa batuan besar yang mempunyai pola berbentuk limas. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan buku Pengantar Tentang Borobudur halaman 16. Yang menyatakan bahwa:
Candi Borobudur tersusun atas tumbukan batu-batu besar adhesit sebanyak 55.000 m3 yang berbentuk limas yang berundak-undak dengan tangga naik pada keempat sisinya. Bangunan ini memiliki lebar 123 m, panjang 123 m, pada sudut membelok 113 m, dan tinggi 34,5 m. Pada kaki candi yang asli ditutup dengan batu sebanyak 12.750 m3 sebagian selasar dan undaknya.3
 Candi borobudur merupakan tiruan kehidupan alam semesta yang terbagi dalam tiga bagian besar, yaitu :
1)   Kamadhatu, yaitu sama dengan alam bawah atau dunia hasrat. Dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat bahkan dikuasai oleh hasrat, kemauan, dan hawa nafsu.
2)   Rupadhatu, yaitu sama dengan alam antara atau dunia rupa, dalam hal ini manusia telah meninggalkan segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat maupun kemauan. Bagian ini terdapat pada lorong satu sampai lorong empat.
3)   Aruphadatu, yaitu sama dengan alam atas atau dunia tanpa rupa.


 2P T Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko (Tlogo Prambanan). Hlm. 4.
 3 Madhori, Op. Cit, hlm. 16.
2.1.3.2 Patung Budha Candi Borobudur
 Patung Budha di candi ini berjumlah 504 buah. Sikap tangan ( mudra ) patung di Candi Borobudur ada 6 macam, karena macam mudra yang dimiliki patung yang menghadap ke semua arah pada bagian rapadhatu, maupun arupadhatu umumnya menggambarkan maksud yang sama, maka jumlah mudra yang pokok ada 5 macam. Ke-5 Mudra itu ialah :
1)   Bhumispara-Mudra
Sikap tangan ini melambangkan saat sang Budha memanggil Dewi Bumi, sebagai saksi ketika ia menangkis semua serangan iblis mara dan menghadap ke timur langkah I-IV, berjumlah 92 patung.
2)   Wara-Mudra
Sikap tangan ini melambangkan pemberian amal, memberi anugerah atau berkah serta menghadap ke selatan langkang I-IV, berjumlah 92 patung. Mudra ini khas bagi Dhyani Budha Ratnasambhawa.
3)   Dhyanan-Mudra
Sikap tangan ini melambangkan sedang semadi atau mengheningkan cipta yang menghadap ke barat langkah I-IV, berjumlah 92 patung. Mudra ini ialah tanda khusus bagi Dhayani Budha Amithaba.
4)   Abhya-Mudra
Sikap tangan ini melambangkan sedang memenangkan dan menghadap ke utara I-IV, berjumlah 92 patung. Mudra ini ialah tanda khusus Dhyani Budha Amoghasidi.
5)   Dharma Cakra-Mudra
Sikap tangan ini melambangkan gerak memutar roda Dharma, mudra ini jadi ciri khas Dhiyani Budha Wairochana, berjumlah 72 patung.
2.1.4 Penafsiran Nama Borobudur
Dari beberapa literatur yang ada, dapat disebutkan berbagai pendapat dari para ahli antara lain :
1.    Kitab Negara Kartanegara
Kitab dari tahun 1365 Masehi yaitu kitab Negara Kartanegara karangan Mpu Prapanca, menyebutkan kata “Budur” untuk sebuah bangunan Agama Budha dari aliran Wajradha. Kemungkinan yang ada nama “Budur” tersebut tidak lain adalah Candi Borobudur Karena tidak ada keterangan lain kiranya tak dapat diambil suatu kesimpulan.
2.    Sir Thomas Stamford Raffles
Borobudur juga telah dilakukan oleh Raffles berdasarkan keterangan dari masyarakat luas yang menafsirkan bahwa :

·      Budur merupakan bentuk lain dari “Budo” yang dalam bahasa Jawa berarti kuno. Tetapi bila dikaitkan dengan Borobudur berarti “Boro jaman kuno” jelas tidak mengandung suatu pengertian yang dapat dikaitkan dengan Candi Borobudur.
·      Namun karena “Bhara” dalam bahasa Jawa Kuno dapat diartikan banyak , maka Borobudur dapat juga berarti “Budha yang banyak”

Jika dikaji secara teliti maka keterangan yang dikemukakan oleh Raffles memang tidak ada yang memuaskan. “Boro jaman kuno” kurang mengena. “Sang Budha yang  “Agung” maupun “Budha yang banyak” kurang mencapai sasaran. Perubahan kata “Budha menjadi Budur” misalnya perubahan demikian tidak dapat diterangkan dari segi ilmu bahasa, karena sukar dapat diterima. (Soekmono, 1981)
3.    Poerbatjaraka
Menurut beliau”Boro” berarti “Biara” dengan demikian Boroburdur berarti “ Biara Budur”. Penafsiran ini memang sangat menarik karena mendekati kebenaran berdasarkan bukti-bukti yang ada. Penyelidikan dan penggalian yang dilakukan pada tahun 1952 di halaman sebelah barat laut bangunan Candi Borobudur telah berhasil menemukan fondasi batu-batu dan genta perunggu berukuran besar. Penemuan fondasi batu-batu dan genta ini memperkuat dugaan yaitu merupakan sisa-sisa dari sebuah biara. Selanjutnya jika dihubungkan dengan Kitab Negara Kartanegara mengenai “Budur” maka besar kmuengkinan penafsiran Poerbatjaraka adalah benar dan tepat.


4.    De Casparis
De Casparis menemukan kata majemuk dalam sebuah prasasti yang kemungkinan merupakan asal kata Borobudur. Dalam prasasti Sri Kahuluan yang berangka 842 masehi dijumpai kata “Bhumi Sambhara Budhara” suatu sebutan untuk bengunan suci pemujaan nenek moyang atau disebut kuil.
Penelitian yang mendalam tentang keagamaan yang terungkap dalam prasasti dan juga rekonstruksi yang teliti terhadap geografi daerah terjadinya peristiwa sejarah bertalian dengan prasasti tersebut, maka De Casparis itu menyimpulkan bahwa Bhumi Sambhara Budhara tidak lain adalah Borobudur.
Perubahan kata Bhumi Sambhara Budhara menjadi Borobudur dapat diterangkan sebagai akibat dari gejala umum dalam bahasa sehari – hari untuk menyingkat serta menyederhanakan ucapan. Sampai sekarang banyak sarjana yang keberatan terhadap penafsiran De Casparis itu.
5.    Drs. Soediman
Dalam bukunya  “Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia”, menyebutkan bahwa arti nama Borobudu sampai sekarang masih belum jelas. Dijelaskan pula bahwa Borobudur berasal dari dua kata yaitu “Bara” dan “Budur”. Bara berasal dari bahasa Sanksekerta “ Vihara” yang berarti kompleks candi dan “Bihara” yang berarti asrama. “ Budur” dalam bahasa bali beduhur yang artinya di atas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau vihara dan kelompok candi yang terletak di atas tanah yang tinggi atau bukit.
2.1.5   Arti atau Makna Candi Borobudur
Arti atau makna Candi Borobudur secara filosofis adalah merupakan lambang dari alam semesta atau dunia cosmos. Menurut ajaran Budha, alam semesta dibagi menjadi tiga unsur atau dhatu dalam bahasa Sanksekerta. Ketiga susunan itu meliputi : 
1)   unsur nafsu, hasrat atau kamadhatu;
2)   unsur wujud, rupa, bentuk atau Rapadhatu;
3)   unsur tak berwujud, tanpa rupa, tak berbentuk atau Arupadhatu.


2.1.6  Fungsi Candi Borobudur
 Fungsi  Candi Borobudur hampir sama dengan fungsi candi pada umumnya, yaitu:
1)      Tempat menyimpan relik atau disebut Dhatugarba. Relik tersebut antara lain benda suci, pakaian, tulang atau abu dari Budha, arwah dari para biksu yang terkemuka;
2)      Tempat sembahyang atau beribadat bagi umat Budha;
3)      Merupakan lambang suci bagi umat Budha, cermin nilai-nilai tertinggi agama Budha dan mengandung rasa rendah hati yang disadari penciptaanya sedalam – dalamnya;
4)      Tanda peringatan dan penghormatan sang Budha.

2.1.7    Stupa
            Stupa: “ialah bangunan yang berkaitan dengan agama Budha yang berfungsi dhatugarbha (menyimpan peninggalan kramat Budha Gautama) dan caitya (tempat untuk memperingati kejadian dalam kehidupan Budha Gautama).” 4

1)        Stupa Induk
       Stupa induk adalah stupa besar yang terletak di tengah (paling atas) yang Merupakan mahkota bangunan Candi Borobudur. Diameternya  ± 9.90 m. Puncak tetinggi disebut pinakel atau yasti cikkara yang terletak di atas padmaganda dan harmika.
2)        Stupa Berlubang dan Terawang
       Stupa yang terdapat pada teras I, II, dan III yang dalamnya terdapat patung Budha di tingkat Aruphadatu. Di Candi Borobudur, seluruh stupa berlubang berjumlah 72 buah.
3)        Stupa Kecil
       Stupa dengan ukuran yang lebih kecil. Stupa ini seolah hiasan dari seluruh bangunan candi. Keberadaan stupa ini menempati puncak dari relung-relung pada langkah II-V, sedangkan langkah I sebagian berupa keben dan stupa kecil. Jumlah stupa kecil ada 1.472 stupa.


 

4 Anwar Kurnia dan Suryana, Kronik Sejarah untuk Kelas 1 SMP (Jakarta: Yudhistira, 2003). hlm. 62.                              
2.1.8 Pemugaran
Upaya pemugaran Candi Borobudur dilakukan sebanyak dua kali yaitu pertama dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda dibawah pimpinan Van Erp  dan yang kedua dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang diketuai oleh Soekmono (alm).
·                     Pemugaran I tahun 1907 – 1911
 Pemugaran I sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah Hindia Belanda. Sasaran pemugaran lebih banyak ditujukan pada bagian puncak candi yaitu tiga teras bundar dan stupa pusatnya. Namun oleh karena beberapa batunya tidak diketemukan kembali, bagian puncak (catra) stupa, tidak bisa dipasang kembali. Pemugaran bagian bawahnya lebih bersifat tambal sulam seperti perbaikan/pemerataan lorong, perbaikan dinding dan langkan tanpa pembongkaran sehingga masih terlihat miring. Usaha-usaha konservasi telah dilakukan sejak pemugaran pertama oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan terus menerus mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap Candi Borobudur, sementara proses kerusakan dan pelapukan batu-batu Candi Borobudur yang disebabkan oleh berbagai faktor terus berlangsung. Dan hasil penelitian yang diadakan oleh suatu panitia yang dibentuk dalam tahun 1924 diketahui bahwa sebab-sebab kerusakan itu ada 3 macam, yaitu korosi, kerja mekanis dan kekuatan tekanan dan tegangan di dalam batu-batu itu sendiri (O.V. 1930 : 120-132).
·                     Pemugaran II tahun 1973 – 1983
 Sesudah usaha pemugaran Van Erp berhasil diselesaikan pada tahun 1911, pemeliharaan terhadap Candi Borobudur terus dilakukan. Berdasarkan perbandingan antara kondisi saat itu dengan foto-foto yang dibuat Van Erp 10 tahun sebelumnya, diketahui ternyata proses kerusakan pada Candi Borobudur terus terjadi dan semakin parah, terutama pada dinding relief batu-batunya rusak akibat pengaruh iklim. Selain itu bangunan candinya juga terancam oleh kerusakan. Dengan masuknya Indonesia menjadi anggota PBB, maka secara otomatis Indonesia menjadi anggota UNESCO. Melalui lembaga UNECO tersebut, Indonesia mulai mengimbau kepada dunia internasional untuk ikut menyelamatkan bangunan yang sangat bersejarah tersebut. Usaha tersebut berhasil, dengan dana dari Pelita dan dana UNESCO, pada tahun 1975 mulailah dilakukan pemugaran secara total. Karena pada tingkat Arupadhatu keadaannya masih baik, maka hanya tingkat bawahnya saja yang dibongkar. Dalam pembongkaran tersebut ada tiga macam pekerjaan, yaitu tekno arkeologi yang terdiri atas pembongkaran seluruh bagian Rupadhatu, yaitu empat tingkat segi empat di atas kaki candi, pekerjaan teknik sipil yaitu pemasangan pondasi beton bertulang untuk mendukung Candi Borobudur untuk setiap tingkatnya dengan diberi saluran air dan lapisan kedap air di dalam konstruksinya, dan pekerjaan kemiko arkeologis yaitu pembersihan dan pengawetan batu-batunya, dan akhirnya penyusunan kembali batu-batu yang sudah bersih dari jasad renik (lumut, cendawan, dan mikroorganisme lainnya) ke bentuk semula.
2.1.9 Relief
Disamping maknanya sebagai lambang alam semesta dengan pembagian vertikal secara filosofis meliputi Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu, Candi Borobudur mengandung maksud yang amat mulia, maksud ini diamanatkan melalui relief-relief ceritanya. Candi Borobudur mempunyai 1.460 panil relief cerita yang tersusun dalam 11 deretan mengitari bangunan candi dan relief dekoratif berupa relief hias sejumlah 1.212 panil. Relief cerita pada tingkat Kamadhatu (kaki candi) mewakili dunia manusia menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi. Hal ini terlihat pada dinding kaki candi yang asli terpahatkan 160 panil relief Karmawibhangga yang menggambarkan hukum sebab akibat. Tingkat Rupadhatu (badan candi) mewakili dunia antara, menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, akan tetapi masih terikat oleh suatu pengertian dunia nyata. Pada tingkatan ini dipahatkan 1.300 panil yang terdiri dari relief Lalitavistara, Jataka, Avadana, dan Gandawyuha. Berikut uraian singkat dari relief tersebut:
1. Tingkat I
Dinding atas relief Lalitavistara : 120 panil, Relief ini menggambarkan riwayat hidup Sang Buddha Gautama dimulai pada saat para dewa di surga Tushita mengabulkan permohonan Bodhisattva untuk turun ke dunia menjelma menjadi manusia bernama Buddha Gautama. Ratu Maya sebelum hamil bermimpi menerima kehadiran gajah putih dirahimnya. Di Taman Lumbini Ratu Maya melahirkan puteranya dan diberi nama pangeran Sidharta. Pada waktu lahir Sidharta sudah dapat berjalan, dan pada tujuh langkah pertamanya tumbuh bunga teratai. Setelah melahirkan Ratu Maya meninggal, dan Sidharta diasuh oleh bibinya Gautami. Setelah dewasa Sidharta kawin dengan Yasodhara yang disebut dengan dewi Gopa. Dalam suatu perjalanan Sidharta mengalami empat perjumpaan yaitu bertemu dengan pengemis tua yang buta, orang sakit, orang mati membuat Sidharta menjadi gelisah, karena orang dapat menjadi tua, menderita, sakit dan mati. Akhirnya Sidharta bertemu dengan seorang pendeta, wajah pendeta itu damai, umur tua, sakit, dan mati tidak menjadi ancaman bagi seorang pendeta. Oleh karena menurut ramalan Sidharta akan menjadi pendeta, maka ayahnya mendirikan istana yang megah untuk Sidaharta. Setelah mengalami empat perjumpaan tersebut Sidharta tidak tenteram tinggal di istana, akhirnya diam-diam meninggalkan istana. Sidharta memutuskan enjadi pendeta dengan memotong rambutnya. Pakaian istana ditinggalkan dan memakai pakaian budak yang sudah meninggal, dan bersatu dengan orang-orang miskin. Sebelum melakukan samadi Sidharta mensucikan diri di sungai Nairanjana. Sidharta senang ketika seorang tukang rumput mempersembahkan tempat duduk dari rumput usang. Di bawah pohon Bodhi pada waktu bulan purnama di bulan Waisak, Sidharta menerima pencerahan sejati, sejak itu Sidharta menjadi Buddha di kota Benares.
 Dinding bawah relief Manohara dan Avadana : 120 panil Cerita Manohara menggambarkan cerita udanakumaravada yaitu kisah perkawinan pangeran Sudana dengan bidadari Manohara. Karena berjasa menyelamatkan seekor naga, seorang pemburu bernama Halaka mendapat hadiah laso dari orang tua naga. Pada suatu hari Halaka melihat bidadari mandi di kolam, dengan lasonya berhasil menjerat salah seorang bidadari tercantik bernama Manohara. Oleh karena Halaka tidak sepadan dengan Manohara, maka Manohara dipersembahkan kepada pangeran Sudana, meskipun ayah Sudana tidak setuju. Banyaknya rintangan tidak dapat menghalangi pernikahan pangeran Sudana dengan Manohara. Cerita Awadana mengisahkan penjelmaan kembali orang-orang suci, diantaranya kisah kesetiaan raja Sipi terhadap makhluk yang lemah. Seekor burung kecil minta tolong raja Sipi agar tidak dimangsa burung elang. Sebaliknya burung elang minta raja Sipi menukar burung kecil dengan daging raja Sipi. Setelah ditimbang ternyata berat burung kecil dengan raja Sipi sama beratnya, maka raja Sipi bersedia mengorbankan diri dimangsa burung elang. Seorang pemimpin harus berani mengorbankan dirinya untuk rakyat kecil dan semua makhluk hidup. langkan bawah (kisah binatang) relief Jatakamala: 372 panil langkan atas (kisah binatang) relief Jataka:128 panil Relief ini mempunyai arti untaian cerita jataka yang mengisahkan reinkarnasi sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai seorang manusia bernama pangeran Sidharta Gautama. Kisah ini cenderung pada penjelmaan sang Buddha sebagai binatang yang berbudi luhur dengan pengorbanannya. Cerita jataka diantaranya kisah kera dan banteng. Kera yang nakal suka mengganggu banteng, namun banteng diam saja. Dewi hutan menasehati banteng untuk melawan kera, namun banteng menolak mengusir kera karena takut kera akan pergi dari hutan dan mengganggu kedamaian binatang-binatang lain.
2. Tingkat II
Dinding relief  Gandawyuha : 128 panil langkan relief Jataka/Avadana : 100 panil Relief ini mungkin melanjutkan kehidupan Sang Buddha di masa lalu. Beberapa adegan dikenal kembali antara lain terdapat pada sudut barat laut, yaitu Bodhisattva menjelma sebagai burung merak dan tertangkap, akhirnya memberikan ajarannya.
3. Tingkat III
Dinding relief Gandawyuha : 88 panil Relief ini menggambarkan  riwayat Bodhisattva Maitreya sebagai calon Budha yang akan datang, merupakan kelanjutan dari cerita di tingkat II.
2.2 Candi Prambanan
2.2.1 Asal Usul Nama           
Asal usul penamaan Candi Prambanan atau Loro Jonggrang merupakan penamaan dari seorang gadis yang jonggrang atau jangkung dari putri Prabu Boko. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko halaman 1 yang menyatakan bahwa:gugusan Candi ini dinamakan Prambanan karena candi ini terletak di daerah Prambanan. Candi Prambanan disebut juga Candi Loro Jonggrang. Nama Loro Jonggrang berkaitan dengan legenda yang menceritakan tentang seorang dara yang jonggrang atau gadis jangkung putri Prabu Boko.5
2.2.2 Sejarah
Candi Prambanan adalah kelompok percandian Hindu yang dibangun oleh raja-raja dinasti Sanjaya pada abad IX. Ditemukannya tulisan nama pikatan pada candi ini menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung. Hal ini berdasarkan prasasti berangka pada tahun 856 Masehi, Prasasti Shiwargrha sebagai manifest politik untuk meneguhkan kedudukan sebagai raja yang besar.
 

   5PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko (Tlogo     Prambanan). Op. Cit. hlm. 1.
Pemerintah Hindia Belanda telah melakukan pemugaran terhadap Candi Prambanan, namun berjalan secara lambat. Hal ini sesuai dengan yang di utarakan oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko halaman 1 yang menyatakan bahwa:
Usaha pemugaran yang dilakanakan pemerintah Hindia Belanda berjalan sangat lambat dan akhirnya pekerjaan itu diselesaikan oleh bangsa Indonesia. Pada tanggal 20 desember 1953 pemugaran Candi Lorojonggrang secara resmi dinyatakan selesai oleh Dr.Ir Soekarno sebagai presiden Indonesia pertama.6
Sampai sekarang pemugaran candi masih dilanjutkan, yaitu pemugaran Candi Brahma dan Candi Wisnu. Candi Brahma dipugar mulai tahun 1977 dan selesai diresmikan pada tanggal 23 Maret 1987, sedangkan Candi Wisnu dipugar pada tahun 1982 dan selesai diresmikan pada tanggal 27 April 1991.
2.2.3 Deskripsi Bangunan
 Candi Prambanan adalah: “komplek percandian yang  terdiri atas tiga bagian, yaitu latar bawah, latar tengah,dan latar atas ( latar pusat ) yang semakin kedalam semakin tinggi letaknya. Berturut-turut luasnya: 390 meter peregi, 222 meter persegi, 110 meter persegi. Latar bawah tak berisi apapun. Didalam latar tengah terdapat reruntuhan candi-candi perwara.’’7
            Apabila seluruhnya selesai dipugar, maka akan ada 224 buah candi yang ukurannya semua sama, yaitu luas dasar 6 meter persegi, dan tingginya 14 meter. Latar pusat adalah latar terpenting diatasnya berdiri 16 candi besar dan kecil. Candi-candi utama terdiri atas dua deret yang saling berhadapan, yaitu Candi Siwa, Candi Wisnu, Candi Brahma. Deret kedua, yaitu Candi Nandi, Candi Angsa, Candi Garuda.
2.2.4 Lokasi
Candi Loro Jonggrang yang sering disebut Candi Prambanan terletak persis di perbatasan provinsi Daerah Yogyakarta dan provinsi Jawa Tengah, kurang lebih 17 km ke arah timur dari kota Yogyakarta atau kurang lebih 53 km sebelah barat Solo. Komplek percandian Prambanan ini masuk kedalam 2 wilayah.




 
6 Ibid
7 Ibid. hlm. 2.
2.2.5 Candi-candi Lain Disekitarnya
1)        Candi Lumbung, Bubrah, dan Sewu
Ketiga candi Budha ini tinggal reruntuhan kecuali Candi Sewu yang masih bisa dinikmati keindahannya. Semuanya terletak dalam komplek taman Candi Prambanan.
2)         Candi Plaosan
Letak candi ini 1 kilometer ke arah timur Candi Sewu. Candi ini dibangun pada pertengahan abad 9 M oleh rakai Pikatan sebagai hadiah kepada permaisurinya. Kelompok Candi Plaosan Lor (utara) terdiri atas 2 candi, 58 perwara, dan 126 buah stupa. Kelompok Candi Plaosan Kidul (utara) hanya berupa sebuah candi. Halaman bertingkat dua tingkat atas untuk tempat tinggal para pendeta Budha dan tingkat bawah untuk kegiatan keagamaan.
3)         Candi Sojiwan
Letak candi ini 2 kilometer kearah tenggara dari percandian Prambanan. Sebagian besar hanya berupa reruntuhan. Pada kaki candi terpahat relif cerita binatang yang mengandung nilai-nilai filsafat.
4)         Candi Boko (Kraton Ratu Boko)
Letak candi ini 3 kilometer kearah selatan dari percandian Prambanan. Berdiri diatas bukit kidul yang merupakan lanjutan dari pegunungan seribu dengan pemandangan alam nan permai disekitarnya. Bangunan ini sangat unik, berbeda dengan bangunan-bangunan lain sesamanya dan lebih mengesankan sebuah kraton (istana). Diperkirakan Bala Putra Dewa dari Dinasti Saylendra yang beragama Budha mendirikannya pada pertengahan abad 9 M sebagai benteng pertahanan yang strategis terhadap Rakai Pikatan. Menurut legenda disinilah letaknya Ratu Loro ayah dari Loro Jonggrang.
5)         Candi Banyunibo
Candi ini terletak 200 meter kearah tenggara dari Candi Boko, berdiri diatas sebuah lembah.”Banyu berarti air, nibo berarti jatuh atau menetes”. Keduanya memiliki makna yang puitis bagi lingkungan masyarakat Jawa. Candi Budha ini didirikan pada abad 9 M.
6)         Candi Sari
“Sari berarti indah atau cantik” sesuai bentuknya yang ramping. Mungkin karena keindahannya yang menarik perhatian ia dinamakan demikian. Puncak atapnya berhiaskan 9 stupa yang sama dan sebangun tersusun dalam 3 deret dibawah masing-masing stupa terdapat ruangan-ruangan yang bertingkat 2 yang digunakan sebagai tempat tinggal, tempat meditasi, dan mengajar. Arca-arca Bodhisatwa terdapat pada dinding luarnya, dinding ini dihiasi dengan amat indahnya. Biara Budha yang dibangun pada abad ke-8 M terletak pada sisi kiri jalan Yogya-Solo. Bangunan ini merupakan sebagian saja dari kumpulan candi yang hilang.
7)         Candi Kalasan
Candi Kalasan ini merupakan peninggalan tertua agama Budha di Yogyakarta. Letaknya disisi sebelah kanan jalan raya Yogya-Solo. Candi ini didirikan oleh Penaaakaran, raja kedua kerajaan Mataram Kuno abad 8 M sebagai persembahan pada Dewi Tara. Lengkungan Kala Makara dengan hiasan kayangan diatasnya terpahat diatas pintu masuk dengan begitu indah. Keindahan relief-reliefnya disebabkan oleh penggunaan sejenis semen kono “ Bajralepa”. Candi ini dianggap permata kesenian Jawa Tengah.
8)         Candi Sambisari
Candi ini letaknya 5,5 Kilometer dari percandian Prambanan. Setelah terpendam selama berabad-abad karena letusan merapi, ditemukan kembali secara kebetulan oleh seorang petani yang tengah mengerjakan sawahnya. Pada tahun 1986 telah selesai dipugar. Keunikannya ia terletak 6,5 meter dari bawah permukaan tanah dan tak mempunyai kaki candi yang sebenarnya. Bangunan ini terdiri atas sebuah candi induk dan tiga candi perwara yang tidak bertumbuh dan berkaki.

2.3 Gua Jatijajar
2.3.1 Sejarah Gua Jatijajar
‘‘Gua Jatijajar adalah: “ gua yang ditemukan oleh petani yang memiliki tanah diatas goa tersebut. Dia bernama Ki Jayamenawi. Dia menemukan Gua Jatijajar pada tahun 1802. Nama Jatijajar diberikan karena saat ditemukan, di muka pintu gua terdapat dua pohon jati besar yang tumbuh sejajar. Suatu hari ketika Ki Jayamenawi mengambil rumput, beliau jatuh ke sebuah lubang fentilasi yang ada di langit-langit gua tersebut’’8.
Dalam  kamus umum bahasa Indonesia, gua adalah: “ lubang di kaki bukit atau gunung tempat binatang, petapa, atau penyamun bisa diam’’9.
 Sebenarnya, di dalam Gua Jatijajar terdapat 7 (tujuh) sendang, namun yang dapat dicapai dengan mudah hanya 4 (empat) sendang,yaitu
1.      Sendang Mawar;
2.      Sendang Kantil;
3.      Sendang Puser Bumi;
4.      Sendang Jombor.
Sendang Puser Bumi dan Sendang Jombor tempatnya masih alami, masih gelap, dan licin, serta memiliki mitos bahwa airnya dapat digunakan untuk segala macam tujuan menurut kepercayaan masing-masing. Sedangkan Sendang Mawar Sendang Kantil bisa ditemukan di dalam gua karena telah diberikan penerangan. Mitos dari Sendang Mawar yaitu apabila airnya dipergunakan untuk cuci muka atau mandi, berkhasiat awet muda. Namun, mitos Sendang Kantil yang apabila airnya dipergunakan untuk mandi atau cuci muka, berkhasiat atau cita-citanya akan mudah tercapai. Dipermukaan Sendang kantil terdapat patung wanita yang sedang berendam dan bertapa.
Di dalam Gua Jatijajar banyak terdapat stalagtit, stalagmite, dan pilar atau tiang kapur, yaitu pertemuan antara stalagtit dengan stalagmite. Batu-batuan di dalam Gua Jatijajar merupakan batuan yang sudah tua sekali.



 
8 Rusmin, Gua Jatijajar diKabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah (Kebumen: Local Guide Gua Jatijajar, 1991). hlm. 2
9 J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Putaka Sinar Harapan, 1996). hlm. 471.
2.3.2 Pembentukan Gua Jatijajar Berdasarkan Faktor Alam
Tanah Kapur adalah tanah hasil pembentukan dari pelapukan batuan gamping. Tanah di lingkungan Gua Jatijajar  adalah: “ tanah mediteran yang merupakan tanah hasil pembentukan batu kapur keras dan batuan sediment yang memiliki warna merah sampai cokelat.”10
2.3.2.1 Terjadinya gua-gua di daerah kapur ada beberapa faktor, yaitu:
                     a) karena adanya aliran sungai dibawah tanah;
b) karena tekanan endogen dari dalam bumi, dan
                     c) karena pembentukan stalagtit dan stalagmit.
2.3.2.2 Terjadinya sungai di bawah tanah (sendang), yaitu:
Karena adanya sungai di permukaan tanah yang masuk ke dalam tanah kapur yanng membuat aliran dan rongga di bawah tanah. Pada suatu tempat yang lebih rendah akan keluar dari tanah dan membentuk aliran sungai di permukaan tanah lagi. Sendang Gua Jatijajar termasuk sungai epigenesa.
2.3.2.3 Terjadinya stalagtit dan stalagmit, yaitu:
Pelapukan kimiawi merupakan proses penghancuran massa batuan yang disertai perubahan struktur kimia batuan yang terjadi karena adanya pelarutan. Stalagtit dan stalagmit dalam Gua Jatijajar termasuk dalam batuan sedimen kimiawi, yaitu batuan sedimen yang diendapkan secara kimia.
Reaksi dari air hujan dengan Kalsium dioksidam meninggalkan endapan di langit-langit gua, dalam kurun waktu yang sangat lama membentuk stalagtit dan diatas dan stalagmit dibawah. Oleh karena itu, Gua Jatijajar ialah gua kapur yang sudah tua sekali. Stalagtit maupun stalagmit merupakan hasil reaksi dari Kalsium dioksida dengan air.




 

10 Rusmin, Gua Jatijajar diKabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah (Kebumen: Local Guide
Gua Jatijajar, 1991). Op. Cit. hlm. 5.
2.3.3 Data Umum Objek Wisata Gua Jatijajar
Objek Wisata Gua Jatijajar yang dikelola oleh Pemda Kabupaten Kebumen memperoleh sekitar 60% pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Kebumen. Serta 7 objek wisata lainnya, yaitu Gua Petruk, Pantai Ayah, Waduk Sempor, Pantai Karangbolong, Pantai Pertahanan, Air Panas Krakal, dan Waduk Wadaslintang. Data umum mengenai Gua Jatijajar adalah sebagai berikut :
            Nama objek                 : Gua Jatijajar
Letak                           : Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen,                                Provinsi Jawa Tengah                       
Lokasi                          : 5,5 hektar
Keadaan tanah             : Keadaan tanahnya berupa tanah kapur atau kars
Ketinggian                   : 50 meter diatas permukaan laut
Panjang gua                 : 250 meter
Lebar rata-rata             : 15 meter
Tinggi rata-rata            : 12 meter
Kedalaman                   : 40 meter
Jenis batuan                 : batu kapur, batu posfat, batu cadas, dan batu kalsit.

2.3.4 Pembangunan dan Pengelolaan Objek Wisata Gua Jatijajar
Sebelum Gua Jatijajar dibangun sebagai objek wisata, dahulu dikelola oleh juru kunci. Adapun silsilahnya, yaitu Jayamenawi, Bangsatirta, Manerja, Jayawikrama, dan Sandikrama. Pembangunan dan pengelolahan Objek Wisata Gua Jatijajar sejak zaman penjajahan Belanda sampai sekarang, yaitu :
          2.3.4.1 Pada Masa Penjajahan Belanda
Pada masa penjajahan Belanda, Gua Jatijajar digunakan untuk tempat rekreasi. Data yang masih dapat dilihat yaitu tulisan-tulisan tangan yang berada di langit-langit dan dinding gua. Tulisan itu merupakan tulisan nama-nama pengunjung yang pernah masuk kedalam Gua Jatijajar dan sebagian besar nama-nama dari orang Belanda. Sedangkan yang menulisnya adalah  tukang tulis yang melayani mereka yang ingin ditulis namanya.
          2.3.4.2 Pada Masa Penjajahan Jepang
Pada masa penjajahan jepang, Goa Jatijajar digunakan untuk tempat pertambangan, yaitu penambangan batu posfat. Batu posfat terjadi dari kotoran kalelawar yang sudah lama bereaksi dengan batu kapur, dan merupakan bahan baku dari pupuk buatan. Data atau bukti yang dapat dilihat yaitu adanya lubang dibawah jembatan didalam Gua Jatijajar.
2.3.4.3 Pada Masa Sekarang
Pengunjung objek wisata Gua Jatijajar terdiri dari wisatawan nusantara dan mancanegara. Rata-ratanya 300.000 orang per tahun. Gua Jatijajar dikembangkan sebagai objek wisata sejak tanggal 19 September 1975 oleh Bapak Suparjo Rustam, Supeno Suryodiprojo. Direncanakan dan dilaksanakan oleh Bapak Saptoto, seniman diorama terkenal Indonesia yang merupakan pimpinan CV AIS Yogyakarta.
Setelah Gua Jatijajar dibangun, ditambah dengan bangunan seni seperti  pemasangan lampu listrik, trap-trap beton, serta pemasangan patung sebanyak 32 buah dan rangkain cerita legenda dari Raden Kamandala sampai Lutung Kasarung dalam 8 diorama, yaitu :
1)      Prabu Siliwangi memilih putranya untuk menjadi raja;
2)      Adi Patih Pasir Luhur menyuruh prajuritnya untuk menangkap Raden Kamandala;
3)      Raden Kamandala bertapa menjelma menjadi Lutung Kasarung;
4)      Adi Patih Pasir Luhur sedang berburu menangkap Lutung Kasarung;
5)      Raden Kamandala dan Dewi Ciptoroso sedang memadu kasih;
6)      Pertemuan pengantin Pule bahas dengan Dewi Ciptoroso;
7)      Raden Kamandaka sedang adu jago dengan Raden Silihwarni; dan
8)      Lutung Kasarung membunuh Raja Pule Bahas.



Di Jawa Barat pada jaman dahulu kala ada sebuah Kerajaan Hindu yang besar dan cukup kuat, yaitu berpusat di kota Bogor. Kerajaan itu adalah Kerajaan “Pajajaran”, pada saat itu raja yang memerintah yaitu Prabu Siliwangi. Beliau sudah lanjut usia dan bermaksud mengangkat Putra Mahkotanya sebagai penggantinya.
Prabu Siliwangi mempunyai tiga orang putra dan satu orang putri dari dua Permaisuri, dari permaisuri yang pertama mempunyai dua orang putra yaitu: Banyak Cotro dan Banyak Ngampar. Namun sewaktu Banyak Cotro dan Banyak Ngampar masih kecil ibunya telah meninggal. Maka Prabu Siliwangi akhirnya kawin lagi dengan permaisuri yang kedua, yaitu Kumudaningsih. Pada waktu Dewi Kumuudangingsih diambil menjadi Permaisuri oleh Prabu Siliwangi, ia mengadakan perjanjian, bahwa jika kelak ia mempunyai putra laki-laki, maka putranyalah yang harus meggantikan menjadi raja di Pajajaran. Dari perkawinannya dengan Dewi Kumudaningsih, Prabu Silliwangi mempunyai seorang putra dan seorang putri, yaitu: Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.
Pada suatu hari Prabu Siliwangi memanggil Putra Mahkotanya, Banyak Cotro dan Banyak Blabur untuk menghadap, maksudnya ialah Prabu Siliwangi akan mengangkat putranya untuk menggantikan menjadi raja di Pajajaran karena beliau sudah lajut usia.
Namun dari kedua Putra Mahkotanya belum ada yang mau diangkat menjadi raja di Pajajaran. Sebagai putra sulungnya Banyak Cokro mengajukan beberapa alasan, antara lain alasannya adalah:
• Untuk memerintahkan Kerajaan dia belum siap, karena belum cukup ilmu.
• Untuk memerintahkan Kerajaan seorang raja harus ada Permaisuri yang mendampinginya,     sedangkan Banyak Cotro belum kawin.
Cotro mengatakan bahwa dia baru kawin kalau sudah bertemu dengan seorang putri yang parasnya mirip dengan ibunya. Oleh sebab itu Banyak Cotro meminta ijin pergi dari Kerajaan Pajajaran untuk mencaari putri yang menjadi idamannya. Kepergian Banyak Cotro dari Kerajaan Pajajaran melalui gunung Tangkuban Perahu, untuk menghadap seorang pendeta yang bertempat di sana. Pendeta itu ialah Ki Ajar Winarong, seorang Pendeta sakti dan tahu untuk mempersunting putri yang di idam-idamkannya dapat tercapai.
Namun ada beberapa syarat yang harus dilakukan dan dipenuhi oleh Banyak Cotro, yaitu harus melepas dan menaggalkan semua pakaian kebesaran dari kerajaan dengan hanya memakai pakaian rakyat biasa. Dan ia harus menyamar dengan nama samaran “Raden Kamandaka”.
Setelah Raden Kamandaka berjalan berhari-hari dari Tangkuban Perahu ke arah Timur, maka sampailah Raden Kamandaka kewilayah Kadipaten Pasir Luhur. Secara kebetulan Raden Kamandaka sampai Pasir Luhur, betemu dengan Patih Kadipaten Pasir Luhur yaitu Patih Reksonoto. Karena Patih Reksonoto sudah tua tidak mempuunyai anak, maka Radenn Kamandaka akhirnya dijadikan anak angkat Patih Reksonoto merasa sangat bangga dan senang hatinya mempunyai Putra Angkat Raden Kamandaka yang gagah perkasa dan tampan, maka Patih Reksonoto saangat mencintainya.
Adapun yang memerintahkan Kadipaten Pasir Luhur adalah “Adi Pati Kanandoho”. Beliau mempunyai beberapa orang Putri dan sudah bersuami kecuali yang paling bungsu yaitu Dewi Ciptoroso yang belum bersuami. Dewi Ciptoroso inilah seorang putri yang mempunyai wajah mirip Ibu raden Kamandaka, dan Putri inilah yng sedang dicari oeh Raden Kamandaka. Suatu kebiasaan dari Kadipaten Pasir Luhur bahwa setiap tahun mengadakan upacara menangkap ikan di kali Logawa. Pada upacara ini semua keluarga Kadipaten Pasir Luhur beserta para pembesar dan pejabatan pemerintah turut menangkap ikan di kali Logawa. Pada waktu Patih Reksonoto pergi mengikuti upacara menangkap ikan di kali Logawa, tanpa diketahuinya Raden Kamandaka secara diam-diam telah mengikutinya dari belakang. Pada kesempatan inilah Raden Kamandaka dapat bertemu dengan Dewi Ciptoroso dan mereka berdua saling jatuh cinta. Atas permintaan dari Dewi Ciptoroso agar Raden Kamandaka pada malam harinya untuk dating menjumpai Dewi Ciptoroso di taman Kaputren Kadipaten Pasir Luhur tempat Dewi Ciptoroso berada. Benarlah pada malam harinya Raden Kamandaka dengan diam-diam tanpa ijin patih Resonoto, ia pun pergi menjumpai Dewi Ciptoroso yang sudah rindu menanti kedatangan Raden Kamandaka. Namun keberadaan Raden Kamandaka di Taman Kaputren Bersama Dewi Ciptoroso tidak berlangsung lama. Karena tiba-tiba prajurit pengawal Kaputren mengetahui bahwa di dalam taman ada pencuri yang masuk. Hal ini kemu kemudian dilaporkan oleh Adipatih Kandandoho. Menanggapi laporan ini, maka Adipatih sangat marah dan memerintahkan prajuritnya untuk menangkap pencuri tersebut. Karena kesaktian daan ilmu ketangkasan yang dimiliki oleh Raden Kamandaka, maka Raden Kamandaka dapat meloloskan diri dari kepungan prajurit Pasir Luhur.
Sebelum Raden Kamandaka lolos daari Taman Kaputren, ia sempat mengatakan identitasnya. Bahwa ia bernama Raden Kamandaka putra dari Patih Reksonoto. Hal ini di dengar oleh prajurit, dan melaporkan kepada Adipatih Kandandoohho. Mendengar hal ini maka Patih Reksonoto pun dipanggil dan harus menyerahkan putra nya . Perintaah ini dilaksanakan oleh Patih Reksonoto, walaupun dalam hatinya sangatlah berat. Sehingga dengan siasat daari Patih Reksonoto, maka Raden Kamandaka dapat lari daan selamat dari pengejaran para prajurit.
Raden Kamandaka terjun masuk kedalam sungai dan menyelam mengikuti arus air sungai. Oleh Patih Reksonoto dan para prajurit yang mengejar,, dilapoprkan bahwa Raden Kamandaka dikatakan sudah mati didalam sugai. Mendengar berita ini Adipatih Kandandoho merasa lega dan puas. Nmun sebaliknya Dewi Ciptoroso yang setelah mendengar berita itu sangatlah muram dan sedih.
Sepanjang Raden Kamandaka menyelam mengikuti arus sungai bertemulah dengan seorang yang memancing di sungai. Orang tersebut bernama Rekajaya, Raden Kamandaka daan Rekajaya kemudian berteman baik dan menetap di desa Panagih. Di desa ini Raden Kamandaka diangkat anak oleh Mbok Kektosuro, seorang janda miskin di desa tersebut.
Raden Kamandaka menjadi penggemar adu ayam. Kebetulan Mbok Reksonoto mempunyai ayam jago yang bernama “Mercu”. Pada setiap penyabungan ayam Raden Kamandaka selalu menang dalam pertandingan, maka Raden Kamandaka menjadi sangat terkenal sebagai botoh ayam. Hal ini tersiar sampai kerajaan Pasir Luhur, mendengar hal ini Adipatih Kandadoho menjadi marah dan murka. Beliau memerintahkan prajuritnya untuk menagkap hidup atau mati Raden Kamandaka . Pada saat itu tiba-tiba datanglah seorang pemuda tampan mengaku dirinya bernama”Silihwarni” yang akan mengabdikan diri kepada Pasir Luhur, maka ia permohonannya di terima, tetapi asalkan ia harus dapat membunuh Raden Kamandaka. Untuk membuktikannya ia harus membawa darah dan hati Raden Kamandaka. Sebenarnya Silihwarni adalah nama samaran. Nama itu sebenarnya adalah Banyak Ngampar Putra dari kejajaan Pajajaran, yaitu adik kandung dari Raden Kamandaka. oleh ayahnya Prabu Siliwangi ditugaskan untuk mencari saudara kandungnya yang pergi sudah lama belum kembali. Untuk mengatasi gangguan dalam perjalanan, ia dibekali pusaka keris Kujang Pamungkas sebagai senjatanya. Dan dia juga menyamar dengan nama Silihwarni, dan berpakaian seperti rakyat biasa.
Karena ia mendengar berita bahwa kakak kandungnya berada di Kadipaten Pasir Luhur, maka ia pun pergi kesana. Setelah Silihwarni menerima perintah daari Adipatih, pergilah ia dengan diikuti beberapa prajurit dan anjing pelacak menuju desa Karang Luas, tempat penyabungan ayam.
Ditempat inilah mereka bertemu. Namun keduanya sudah tidak mengenal lagi. Silihwari berpakaian seperti raknyat biasa sedangkan Raden Kamandaka berpakaian sebagai botoh ayam, dan wajahnya pucat karena menahan kernduan kepada kekasihnya. Terjadilah persabungan ayah Raden Kamandaka dan Silihwarni, dengan tanpa disadari oleh raden kamandaka tiba-tiba Silihwrni menikam pinggang Raden Kamandaka dengan keris Kujang Pamungkasnya. Karena luka goresan keris itu tersebut darahpun keluar dengan deras. Namun karena ketangkasan Raden Kamandaka , iapun dapat lolos dari bahaya tersebut dan tempat ia dapat lolos itu dinamakan desa Brobosan, yang berarti ia dapat lolos dari bahaya.
Karena lukanya semakin deras mengeluarkan darah, maka iapun istirahat sebentar disuatu tempat, maka tempat itu dinamakan Bancran. Larinya Raden Kamandaka terus dikejar oleh Silihwarni dan prajurit. Pada suatu tempat Raden Kamandaka dapat menangkap anjing pelacaknya dan kemudian tempat itu di berinya nama desa Karang Anjing.
Raden Kamandaka terus lari kearah timur dan sampailah pada jalan buntu dan tempat ini ia memberi nama desa buntu. Pada akhirnya Raden Kamandaka sampailah disebuah Goa. Didalam Goa ini ia beristirahat dan bersembunyi dari kejaran Silihwarni. Silihwarni yang terus mengejar setelah sampai goa ia kehilangan jejak. Kemudian Silihwarnipun dari mulut goa tersebut berseru menantang Raden Kamandaka. Setelah mendengar tantangan Silihwarni, Raden Kamandaka pun menjawab ia mengatakan identitasnya, bahwa ia adalah putra dari kerajaan Pajajaran namanya Banyak Cotro. Setelah itu Silihwarnipun mengatakan identitasnya bahwa ia juga putra dari Kerajaan Pajajaran, bernama Banyak Ngampar. Demikian kata-kata ayang pengakuan antara Raden Kamandaka dan Silihwarni bahwa mereka adalah purta pajajaran, maka orang yang mendengar merupakan nama versi ke-2, untuk gua jatijajar tersebut. Kemudian mereka berdua berpelukan dan saling memaafkan. Namun karena Silihwarni harus membawa bukti hati dan darah Raden Kamandaka, maka akhirnya anjing pelacaknya yang dipotong diambil darah dan hatinya. Dikatakan bahwa itu adalah hati dan darah Raden Kamandaka yang telah dibunuhnya. Raden Kamandaka kemudian bertapa di dalam gua dan mendapat petunjuk, bahwa niatnya untuk mempersunting Dewi Ciptoroso akan tercapai kalau ia sudah mendapat pakaian “Lutung” dan ia disuruh supaya mendekat ke Kadipaten Pasir Luhur, yaitu supaya menetap di hutan Batur Agung, sebelah Barat Daya dari batu Raden. Suatu kegemaran dari Adipatih Pasir Luhur adalah berburu. Pada suatu hari Adipatih dan semua keluarganya berburu, tiba-tiba bertemulah dengan seekor lutung yang sangat besar dan jinak. Yang akhirnya di tangkaplah lutung tersebut hidup-hidup. Sewaktu akan dibawa pulang , tiba-tiba Rekajaya datang mengaku bahwa itu adalah lutung peliharaannya, dan mengatakan beredia membantu merawatnya jika lutung itu akan dipelihara di Kadipaten. Dan permohonan itu pun dikabulkan.
Setelah sampai di kadipaten para putri berebut ingin memelihara lutung tersebut. Selama di Kadipaten lutung tersebut tidak mau dikasih makan. Oleh sebab itu akhirnya oleh Adipatih lutung tersebut disayembarakan yaitu jika ada salah seoraang dari putrinya dapat memberi makan dan diterima oleh lutung tersebut maka ia lah yang akan memelihara lutung tersebut. Ternyata makanan yang diterima oleh lutung tersebut hanyalah makanan dari Dewi Ciporoso, maka “Lutung Kasarung” itu menjadi peliharaan Dewi Ciptoroso. Pada malam hari lutung tersebut berubah wujud menjadi Raden Kamandaka. Sehingga hanya Dewi Ciptoroso yang tahu tentang hal tersebut. Pada siang hari ia berubah menjadi lutung lagi. Maka keadaan Dewi kini menjadi sangat gembira dan bahagia, yang selalu ditemani lutung kasarung.
Alkisah pada suatu hari raden dari Nusa Kambangan Prabu Pule Bahas menyuruh Patihnya untuk meminang Putri Bungsu Kadipaten Pasir Luhur Dewi Ciptoroso dan mengancam apabila pinangannya ditolak ia akan menghancurkan Kadipaten Pasir Luhur. Atas saran dan permintaan dari Lutung Kasarung pinangan Raja Pule Bahas agar supaya diterima saja. Namun ada beberapa syarat yang haarus dipenuhi oleh raja Pule Bahas. Salah satunya ialah dalam pertemuan pengantin nanti Lutung Kasarung harus turut mendampingi Dewi Ciporoso. Pada waktu pertemuan pengantin berlangsung, Raja Pule Bahas selalu diganggu oleh Lutung Kasarung yang selalu mendampingi Dewi Ciptoroso. Oleh sebab itu Raja Pule Bahas marah dan memukul Lutung Kasarung. Namun Lutung Kasarung telah siap berkelahi melawan Raja Pule Bahas. Pertarungan Raja Pule Bahas dengan Lutung Kasarung terjadi sangat seru. Namun karena kesaktian dari Luung Kasarung, akhirnya Raja Pule Bahas gugur dicekik dan digigit oleh Lutung Kasarung. Tatkala Raja Pule Bahas gugur maka Lutung Kasarungpun langsung menjelma menjadi Raden Kamandaka, dan langsung mengenkan pakaian kebesaran Kejajaan Pajajaran dan mengaku namanya Banyak Cotro. Kini Adipatih Pasir Luhur pun mengetahui hal yang sebenarnya adalah Raden Kamandaka dan Raden Kamandaka adalah Banyak Cotro dan Banyak Cotro adalah Lutung Kasarung putra mahkota dari kerajaan Pajajaran. Dan akhirnya ia dikawinkan dengan Dewi Ciptoroso. Namun karena Raden Kamandaka sudah cacat pada waktu adu ayam dengan Silihwarni kena keris Kujang Pamungkas maka Raden Kamandaka tidak dapat menggantikan menjadi raja di Pajajaran.
Karena tradisi kerajaan Pajajaran, bahwa putra mahkota yang akan menggantikan menjadi raja tidak boleh cacat karena pusaka Kujang Pamungkas. Sehingga setelah ia dinikahkan dengan Dewi Ciptoroso, Raden Kamandaka hanya dapat menjadi Adipatih di Pasir Luhur Menggantikan mertuanya. Sedangkan yang menjadi Raja di Pajajaran adalah Banyak Blabur.


 
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budayanya, termasuk hasil dari kebudayaannya yang berupa objek wisata seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Gua Jatijajar yang telah dibahas pada materi-materi sebelumnya.
            Objek wisata Gua Jatijajar merupakan salah satu objek wisata dari delapan objek wisata  yang telah dikelola oleh Pemda Kabupaten Kebumen. Objek tersebut juga merupakanobjek wisata alam yang terbentuk secara alami. Gua Jatijajar ini terletak di Desa Jatijajar Kecamatan Ayah, Kebumen. Gua ini diberi nama  Gua Jatijajar karena waktu ditemukan, dimuka gua ini terdapat 2 (dua) buah pohon jati yang tumbuh sejajar.
            Candi Borobudur merupakan karya terbesar peninggalan umat Budha yang terdaftar sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Candi ini didirikan pada masa pemerintahan Raja Syailendra yang berkuasa pada abad ke-8. Candi ini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia.
            Candi Prambanan merupakan komplek percandian Hindu yang didirikan pada masa raja-raja dinasti Sanjaya pada abad ke-9. Candi ini juga dikenal sebagai Candi Loro Jonggrang.
3.2 Saran
            Seperti yang telah kita ketahui, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari bermacam-macam budaya. Selain itu, Indonesia juga kaya akan objek wisata yang berejarah. Oleh karena itu, sebagai penerus bangsa yang mencintai tanah air, kita harus menjaga dan melestarikan objek wisata tersebut. Guna  wisata tanah air, semua masyarakat haru memiliki rasa cinta yang besar terhadap seni-seni bangunan yang merupakan bukti bahwa bangsa kita kaya akan budaya.



26
 
 
DAFTAR PUSTAKA

Badudu J.S dan Sultan Moh. Zain 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka  Sinar Harapan.
Kurnia  Anwar dan Moh. Suryana. 2003. Kronik Sejarah untuk kelas 1 SMP. Jakarta :
Yudhistira.
Madhori. Candi Borobudur Sepanjang Masa. Borobudur
Rusmin. 1991. Gua Jatijajar dikabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. Kebumen : Lokal
Guide Gua Jatijajar.
Taman Wisata. 2006. Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko : Yoagyakarta : Taman Wisata Candi Prambanan.

Oleh: Faqih Muhammad
Universitas Negeri Yogyakarta



















 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Faqih Muhammad - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger