SUKSES, SUKSES,dan SUKSES
KEWIRAUSAHAAN
Anda bisa membangun “tempat pendaratan’’ rezeki Anda sendiri. Kalau ia sempit, tentu rezeki yang datang sesuai “tempat pendaratannya”. Jadi, luaskanlah tempat rezeki Anda mendarat.
JANGAN ragu, membuat bisnis sendiri lebih mudah dibanding mencari pekerjaan. Sehingga, dari “sukses” itulah yang menjadikan diri kita tumbuh rasa percaya diri. Dan, setelah kita percaya diri, maka kita akan bisa melakukan sesuatu.
Ungkapan ini penting saya kedepankan. Tiba saatnya, kita yang terlalu lama menyia-nyiakan usia, juga duit dan tenaga, dengan mengirim lamaran pekerjaan kemana-mana, beralih kiat menyiasati hidup. Karena lowongan menjadi pengusaha, selalu terbuka, bahkan nyaris tidak terbatas. Anda mau berusaha, sekarang, besok, bulan depan? Peluang itu tidak akan hilang.
Kalau yang definitif, membuka sebuah perusahaan, oke, Anda tinggal datengi notaris untuk membantu Anda membuat CV atau PT. Anda pemilik sekaligus direktur bisnis Anda di perusahaan Anda. Untuk mewujudkan ini, tak perlu promosi atau pelantikan. Anda menjadi nomor satu di perahu bisnis anda. Bedakan dengan karyawan di perusahaan milik orang lain. Mau naik pangkat saja, butuh waktu lama. Bos pun masih pikir-pikir, mau menaikkan jabatan Anda atau tidak.
Menurut saya, menjadikan pengusaha sekaligus direktur, tak harus membutuhkan pengalaman kerja. Pada dasarnya, kans menjadi penguasaha memang tidak terbatas. Yang Anda pikirkan, lakukan. Anda berpikir mau menjadi direktur dan pemilik sebuah usaha, jadikanlah diri Anda direktur, di perusahaan Anda sendiri. Inilah, sebuah awal, langkah mendasar dalam hidup anda saat ini, adalah wirausahawan.
Bukan Soal Pengalaman
Banyak contoh di masyarakat, seseorang bisa punya jabatan, entah dalam pemerintah ataupun swasta, tanpa punya pengalaman sebelumnya. Dan ternyata, dia bisa juga melaksanakan pekerjaan itu dengan baik. Artinya kepercayaan diri atau “pede” kita bertambah saat kita mendapatkan kesuksesan. Dalam bisnispun demikian. Meski, katakanlah bisnis yang kita dirikan itu hanya meraih sukses-sukses kecil. Namun, itu bukanlah suatu masalah. Justru, hal ini akan membuat kita lebih termotivasi untuk bisa meraih sukses bisnis yang lebih besar.
Sebaiknya kita jangan mengabaikan sukses-sukses kecil, karena hal itulah yang menjadikan kita lebih percaya diri. Percayalah, bahwa sesungguhnya dari sukses-sukses kecil itu akan menjadi kesuksesan yang luar biasa pada bisnis kita dimasa depan.
Memang, bagi kita yang terbiasa berpikir linear, pasti akan mengatakan bahwa pengalaman membuat
Kita percaya diri, baru kita sukses. Kalau kita setuju dengan pendapat percaya diri dulu baru seseorang meraih sukses, lantas kapan kita bisa menjadi penguasaha?
Sukses Itu Guru Yang Jelek
Kesuksesan akan menjerumuskan kita, kalau kita terlalu bangga.
SUKSES bisa menjerumuskan kita. Lho, bagaimana bisa? Dampak kesuksesan, jika seseorang membanggakan kesuksesan itu, membuatnya lupa diri. Agar selamat, pandai-pandailah mengelola kesuksesa. Misalnya, terbukalah pada orang lain, bagaimana anda bisa sukses. Jadilah “buku terbuka kesuksesan”. Belajar dari kesuksesan orang lain, itu sah-sah saja. Pendeknya kalau seseorang belajar kesuksesan orang lain, itu memang bisa menjadi guru yang baik. ini sama pentingnya, belajar banyak dengan orang gaga.
Demi keberlajutan bisnis kita, adakalanya kita harus menyadari hal ini. Atau lebih tepatnya, sebagai entrepreneur seharusnya lebih menilai, bahwa kegiatn itu sebetulnya adalah perlajaran yang terbaik. Bukan basa-basi kalau saya katakan, wirausahawan tidak bisa sukses tanpa mengalami kegagalan.
Maka saat kita memulai usaha, atau saat ia mulai berkembang lalu tiba-tiba bangkrut, jangan patah semangat. Jiwa wirausahawan Anda, sedang diuji. Bangkitlah kembali. Kata-kata bijak yang cukup tua, menyebutkan, “langkah-langkah bersejarah, dimulaii dari langkah-langkah yang kecil. Memulai ini, mengalahkan tidak memulai.” Artinya, orang yang berani memulai dan mengembangkan bisnis, itu lebih baik, dari pada orang yang sama sekali tidak berani memulai atau mengembangkan bisnis.
Sukses itu guru yang jelek. Sebagai wirausahawan, sebaiknya jangn berguru pada kesuksesan kita sendiri, bisa membuat kita kurang bersemangat, tidak kreatif, lengah bahkan sombong. Inilah, awal Anda membuat bumerang kesuksesan. Sukses, menurut kami, bukan saat menikmati. Sebaliknya, ia saatnya meningkatkan kewaspadaan, mempertajam neluri, dan memperluas sinersitas.
Rezeki Bisa Direncanakan
Rezeki itu kan datang, sesuai pengambilan resiko bisnis kita
Rezeki sesungguhnya akan datang mengikuti rencana hutang kita. Rezeki akan datang sesuai pengambilan resiko bisnis kita. Kalau kita mengambil resiko bisnis yang kecil, rezeki yang akan mengalirpun kecil. Sebaliknya, apabila kita berani mengambil resiko yang besar, maka rezeki yang mengalirpun akan ikut besar. Mana mungkin akan sama hasilnya, antara yang berani berkeringat, adu nyali dan berpikir lebih keras dan cerdas untuk meraih rezeki, dengan yang mau aman dan Cuma “terima bersih” di akhir bulan?
Ibarat bandara, kalau landasannya sempit, mana mungkin di darati pesawat besar? Bandara intenasional yang luas, membangunnya lama, mengelolanya pun lebih rumit, tapi itu membuatnya bisa di darati berbagai jenis dan ukuran pesawat, dalam jumlah yang lebih banyak, dalam frekuensi yang lebih sering. Bisnis anda, adalah bandara dari lalu-lintas dari rezeki yang menunggu untuk mendarat.
Anda berkeyakinan, rezeki itu sudah ada yang mengatur, itu benar. Tapi ia memerlukan kita sendiri untuk aktif merencanakannya. Tanpa itu, rezeki itu akan sulit kita raih. Rezeki “perlu peluang” untuk mendatangi anda.
Mana mungkin rezeki itu datang kalau setiap harinya kita tak punya aktivitas apa-apa. Buanglah pikiran, bahwa rezeki bisa datang sendiri. Pribadi yang tidak mempunyai gairah kerja,selain bermimpi mendapat rezeki, sulit didatangi rezeki. Malah, rezeki bisa menjauh. Sebaliknya, jika tekun bekerja, kreatif berwirausaha, rezeki akan datang. Bisnis akan lebih cepat berkembang.
Sejumlah profesi, berpeluang mendatangkan rezeki yang relative besar atau linier. Karena sumbernya bukan dari gaji atau bukan bukan sebagai karyawan. Artinya, jika saat ini kita misalnya, sedang menekuni dunia usaha atau sebagai pengusaha, maka jelas sangat memungkinkan sekali bagi kita untuk mendatangkan rezeki yang relative besar. Sementara, kalau saja kita sekarang ini bekerja ikut orang lain atau setiap bulannya di gaji tetap, maka jelas peluang akan datangnya rezeki yang relatife besar menjadi kecil. Oleh karena itu, rezeki besar akan datangnya mencari tempat yang pas, tempat “pendarat rezeki” yang pas inilah, yang bisa kita rencanakan. Tinggal, kita berani atau tidak.
Bicara soal rezeki, kami ingin menceritakan pengalaman seorang kawan. Dia seorang notaries. Dalam menjalankan profesinya, dia hanya menggunakan sepeda motor. Kemudian ia menggantinya dengan mobil, meskipun mobil lama. Saat kami sarankan ia mengambil mobil baru secara kredit, dia terkejut. Apalagi saya sarankan mobil lamanya di jual saja untuk membayar uang muka.
“setiap bulannya kan harus bayar angsuran?”
“tentu saja. Itu namanya, rezeki akan mengikuti rencana anda. Kalau anda menggunakan mobil bagus pasti klien anda lebih percaya. Karena performance atau penampilan dibutuhkan dalam bisnis anda. Apalagi anda ingin bekerja keras dan kreatife menjaring klien, anda pasti mampu membayar angsurannya.”
Rupanya, dia ikut saran kami. Apa yang terjadi selanjutnya? Rezeki notaris itu mengalir deras. Kliennya terus bertambah. Selain bisa membayar angsuran, dia pun masih puya kelebihan rezeki itu. Dan, kepercayaan dirinya akan profesinya semakinm mantab.
Valentino Dinsi. 2004. Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian. Jakarta : LET’S GO Indonesia.