Masih teringat dalam benak kita
dengan Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998 yang menewaskan empat
pahlawan reformasi yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto, Hafidin
Royan dan Hendriawan Sie. Keempat mahasiswa Universitas Trisakti ini
gugur tertembak di dalam kampus terkena peluru tajam. Saat itu terjadi
pergerakan besar-besaran dari seluruh mahasiswa dalam wadah lembaga
kemahasiswaan. Sekumpulan mahasiswa ini dapat menurunkan Presiden Republik Indonesia yang berkuasa saat itu, Soeharto. Ini adalah prestasi yang cukup besar dari mahasiswa era itu.
10 tahun Tragedi Trisakti telah berlalu, apa yang telah kita lakukan sebagai mahasiswa terhadap negeri ini? Bila mengacu pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, adalah pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang harus kita lakukan. Itukah yang seharusnya kita lakukan? Hanya itukah? Bagaimana dengan idealisme seorang mahasiswa seharusnya? Bagaimana dengan idealisme lembaga kemahasiswaan seharusnya?
Lembaga kemahasiswaan, yang sejatinya sebagai wadah berpolitik di dalam kampus seharusnya dapat menjawab persoalan-persoalan yang telah disebutkan di atas. Setelah adanya perintisan dari senior-senior kita yang terdahulu yang begitu dahsyat dengan perjuangannya, apakah kita tidak malu dengan hal itu? Dengan menjadikan lembaga kemahasiswaan sebagai organisasi yang hanya menjalankan program kerja saja, hanya memenuhi fungsi administrasi saja, dan mungkin hanya sebagai media pengaktualisasian diri saja. Tidakkah kita malu dengan pergerakan yang telah menjadikan kita dapat bebas berorganisasi dalam kampus.
Kemudian bagaimana seharusnya peran kita sebagai mahasiswa? Banyak pilihan yang dapat kita tempuh. Kita hanya tinggal memilih apa yang sesuai dengan minat dan bakat kita. Kehidupan berorganisasi di kampus tidak melulu membicarakan tentang senat mahasiswa, tidak melulu tentang lembaga eksekutif atau legislatif. Masih banyak organisasi yang bergerak di bidang-bidang kesenian, kebudayaan maupun olahraga, yang salah satunya dapat kita ikuti. Lantas apakah dengan mengikuti lembaga-lembaga tersebut kita dapat memberikan yang terbaik pada negeri kita yang tercinta ini? Jawabannya ada di diri kita masing-masing. Dengan sbaik-baiknya kita merumuskan keidealismean kita sebagai mahasiswa serta dengan sekuat-kuatnya menerapkan keidealismean kita tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Masalahnya adalah definisi ideal dari setiap orang itu berbeda.
Jadi, saya harap melalui tulisan ini, kita sebagai mahasiswa dapat membangun negeri kita yang tercinta ini, tidak mesti melalui lembaga kemahasiswaan, tetapi yang jelas bagaimana caranya agar lembaga kemahasiswaan tersebut yang saat ini dapat dikatakan kurang menggigit dapat menjadi tunggangan kita dalam mengadvokasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada bangsa kita, Bangsa Indonesia.
10 tahun Tragedi Trisakti telah berlalu, apa yang telah kita lakukan sebagai mahasiswa terhadap negeri ini? Bila mengacu pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, adalah pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang harus kita lakukan. Itukah yang seharusnya kita lakukan? Hanya itukah? Bagaimana dengan idealisme seorang mahasiswa seharusnya? Bagaimana dengan idealisme lembaga kemahasiswaan seharusnya?
Lembaga kemahasiswaan, yang sejatinya sebagai wadah berpolitik di dalam kampus seharusnya dapat menjawab persoalan-persoalan yang telah disebutkan di atas. Setelah adanya perintisan dari senior-senior kita yang terdahulu yang begitu dahsyat dengan perjuangannya, apakah kita tidak malu dengan hal itu? Dengan menjadikan lembaga kemahasiswaan sebagai organisasi yang hanya menjalankan program kerja saja, hanya memenuhi fungsi administrasi saja, dan mungkin hanya sebagai media pengaktualisasian diri saja. Tidakkah kita malu dengan pergerakan yang telah menjadikan kita dapat bebas berorganisasi dalam kampus.
Kemudian bagaimana seharusnya peran kita sebagai mahasiswa? Banyak pilihan yang dapat kita tempuh. Kita hanya tinggal memilih apa yang sesuai dengan minat dan bakat kita. Kehidupan berorganisasi di kampus tidak melulu membicarakan tentang senat mahasiswa, tidak melulu tentang lembaga eksekutif atau legislatif. Masih banyak organisasi yang bergerak di bidang-bidang kesenian, kebudayaan maupun olahraga, yang salah satunya dapat kita ikuti. Lantas apakah dengan mengikuti lembaga-lembaga tersebut kita dapat memberikan yang terbaik pada negeri kita yang tercinta ini? Jawabannya ada di diri kita masing-masing. Dengan sbaik-baiknya kita merumuskan keidealismean kita sebagai mahasiswa serta dengan sekuat-kuatnya menerapkan keidealismean kita tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Masalahnya adalah definisi ideal dari setiap orang itu berbeda.
Jadi, saya harap melalui tulisan ini, kita sebagai mahasiswa dapat membangun negeri kita yang tercinta ini, tidak mesti melalui lembaga kemahasiswaan, tetapi yang jelas bagaimana caranya agar lembaga kemahasiswaan tersebut yang saat ini dapat dikatakan kurang menggigit dapat menjadi tunggangan kita dalam mengadvokasi permasalahan-permasalahan yang terjadi pada bangsa kita, Bangsa Indonesia.