RASIONALISME, EMPIRISME DALAM PENDEKATAN KEILMUAN
Kaum
rasionalisme mulai dengan suatu pernyataan yang sudah pasti. Aksioma
dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dan idea
yang menurut anggapannya adalah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran
manusia. Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk “mengetahui” idea
tersebut namun manusia tidak menciptakannya, maupun tidak mempelajari
hasrat pengalaman. Idea tersebut kiranya sudah ada “di sana” sebagai
bagian dan kenyataan dasar, dan pikiran manusia, karena ia terlihat
dalam kenyataan tersebut, pun akan mengandung idea pula. Jadi dalam
pengertian inilah maka pikiran itu menalar. Kaum rasionalis berdalil,
bahwa karena pikiran dapat memahami pninsip, maka prinsip itu harus
“ada”; artinya, prinsip harus benar dan nyata. Jika prinsip itu tidak
“ada”, orang tidak mungkin akan dapat menggarnbarkannya. Prinsip
dianggap sebagai sesuatu a-priori, atau pengalaman, dan karena itu
prinsip tidak dikembangkan dan pengalaman: bahkan sebaliknya, pengalaman
hanya dapat dimengerti bila ditinjau dan prinsip tersebut.
Plato
memberikan gambaran klasik dan rasionalisme. Dalam sebuah dialog yang
disebut Meno, dia berdalil, bahwa untuk mempelajani sesuatu, seseorang
harus menemukan kebenaran yang sebelumnya belum diketahui. Tetapi, jika
dia belum mengetahui kebenaran tersebut. bagaimana dia bisa
mengenalinya? Plato menyatakan bahwa seseorang tidak dapat mengatakan
apakah suatu pernyataan itu benar kecuali kalau dia. Sebelumnya sudah
tahu bahwa itu benar. Kesimpulannya adalah bahwa manusia tidak
mempelajari apa pun; ia hanya “teringat apa yang telah dia ketahui”.
Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum sebelumnya sudah ada dalam
pikiran manusia. Pengalaman indera paling banyak hanya dapat merangsang
ingatan dan membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama itu
sudah berada dalam pikiran.
Teori
pengetahuan Plato mi kemudian diintegrasikan dengan pendapatnya tentang
hakekat kenyataan. Menurut Plato kenyataan dasar terdirt dan idea atau
prinsip. Idea mi disebutnya bentuk. Keindahan, kebenaran, keadilan
adalah salah satu dan bentuk yang berada secara mutlak dan tidak berubah
kapan pun dan bagi siapa pun. Manusia dapat mengetahui bentuk-bentuk
ini lewat proses intuisi rasional yakni suatu kegiatan yang khas dan
pikiran manusia. Bukti bahwa bentuk ini ada di.. dasarkan pada kenyataan
bahwa manusia dapat menggambarkannya. Jadi, Plato memandang pengetahuan
sebagai suatu penemuan yang terjadi selama proses pemikiran rasional
yang teratur.
Geometri
(ilmu ukur) adalah salah satu dan contoh favorit kaum rasionalis.
Mereka berdalil bahwa aksioma dasar geometri (umpamanya, “sebuah garis
lurus merupakan jarak yang terdekat antara dua titik”) adalah idea yang
jelas dan tegas yang “baru kemudian” dapat diketahui oleh manusia. Dan
aksioma dasar itu dapat dideduksikan sebuah sistem yang terdiri dan
subaksioma-subaksioma. Hasilnya adalah sebuah jaringan pernyataan yang
formal dan konsisten yang secara logis tersusun dalam batasbatas yang
telah digariskan oleh suatu aksioma dasar yang sudah pasti.
Rene
Descartes, ahli matematika dan falsafah pada abad ketujuh belas,
mengajukan argumentasi yang kuat untuk pendekatan rasional terhadap
pengetahuan. Hidup dalam keadaan yang penuh pertentangan ideologis,
Descartes mempunyai keinginan yang besar untuk mendasarkan keyakinannya
pada sebuah landasan yang mempunyai kepastian yang mutlak. Untuk
mencapai tujuan tersebut, dia melakukan pengujian. yang mendalam
terhadap segenap apa yang diketahuinya. Dia memutuskan bahwa jika dia
menemukan suatu alasan yang meragukail suatu kategori atau prinsip dan
pengetahuan, maka kategori itu akan dikesampingkan. Dia hanya akan
menerima sesuatu yang terhadapnya dia tak mempunyai keberatan apa-apa.
Descartes
menganggap bahwa pengetahuan memang dihasilkan oleh indera, tetapi
karena dia mengakui bahwa indera itu bisa menyesatkan (seperti dalam
mimpi atau khayalan), maka dia terpaksa mengambilkesimpulan bahwa data
keinderaan tidak dapat diandalkan. Dia kemudian menguji kepercayaannya
terhadap Tuhan Yang Mahakuasa, tetapi di sini pun dia menemukan, bahwa
dia dapat membayangkan Tuhan yang mungkin bisa menipu manusia. Dalam
kesungguhannya mencari dasar yang mempunyai kepastian mutlak mi,
Descartes meragukan adanya surga dan dunia, pikiran dan badani.
Satu-satunya hal yang tak dapat dia ragukan adalah eksistensi dirinya
sendiri; dia tidak meragukan lagi bahwa dia sedang ragu-ragu. Bahkan
jika kemudian dia disesatkan dalam berpikir bahwa dia ada, dia berdalih
bahwa penyesatan itu pun merupakan bukti bahwa ada seseorang yang sedang
disesatkan. Batu karang kepastian Descartes mi diekspresikan dalarn
bahasa Latin cogito, ergo sum (Saya berpikir, karena itu saya ada).
Diceriterakan
bahwa ada seorang mahaguru yang sedang membicarakan masalah eksistensi.
Mahasiswa-mahasiswanya diminta untuk membaca Descartes. Keesokan
harinya datang kepadanya seorang mahasiswa yang bingung dan lesu dengan
keluhan bahwa semalaman dia terus terjaga dalam usaha untuk memutuskan
apakah dia itu ada atau tidak. “Katakan kepada saya, apakah saya ada?”
Profesor itu, setelah menyimak pertanyaan itu balik bentanya, “Siapakah
yang ingin tahu?”
Dalam,
usaha untuk menjelaskan mengapa kebenanan yang satu (Saya benpikir,
maka saya ada) adalah beyiar, Descartes benkesimpulan bahwa dia merasa
diyakinkan oleh kejelasar/dan ketegasan dan idea tersebut. Di atas dasar
ini dia menalar bahwa sep’~ua kebenaran dapat kita kenal karena
kejelasan dan ketegasan yang tii,yibul dalam pikiran kita: “Apa pun yang
dapat digambarkan secara jelas dan tegas adalah benar.”
Apa
yang telah diungkapkan di atas adalah contoh-contoh bagaimana falsafah
rasional mempercai bahwa pengetahuan yang dapat diandalkan bukanlah
diturunkan dari dunia pengalaman melainkan dan dunia pikiran. (Dalam
rasionalisme “pikiran” tidak sinonim dengan “otak”). Baik Plato maupun
Descartes” keduanya menganggap bahwa pengetahuan yang benar sudah ada
bensama kita dalam bentuk idea-idea, yang tidak kita peroleh (pelajari)
melainkan merupakan bawaan. Kaum rasionalis kemudian mempertahankan
pendapat bahwa dunia yang kita ketahui dengan metode intuisi rasional
adalah dunia yang nyata. Kebenaran atau kesalahan tenletak dalam idea
dan bukan pada benda-benda tersebut.