Pendidikan Modern di Indonesia dalam Pembentukan Karakter Masyarakat yang Adiluhung
Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran memiliki
keragaman sesuai dengan ragam komunitas manusia. Untuk itu pendidikan
hanya ditemukan unsur universalnya. Keragaman pendidikan tersebut
disebabkan perbedaan memberikan arti atau makna daripada pendidikan itu
sendiri sebagai gejala sosial. Pendidikan merupakan sebuah investasi
mahal yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik untuk menjadi warga
negara yang baik yang dapat memberikan lebih kepada negara dibandingkan
meminta kepada negara. Sebelum meninjau lebih jauh tentang perdedaan
corak di setiap negara alangkah baiknya kita tinjau landasan atau dasar
pijakan pendidikan di beberapa negara yang menjadi batu pijakan kuat
bagi perkembangan pendidikan di negaranya masing-masing.
Pendidikan pada awal peradaban terletak pada bagaimana mempertahankan
kehidupan dan mengelola alam bagi kehidupannya. Seiring berkembangnya
peradaban dengan ditandai berkembangnya kelas sosial dan kasta
berkembang pula hubungan dan organisasi sosial ekonomi
kemasyarakatannya. Hubungan kemasyarakatan semakin kompleks dan
berkembang dan timbul kelas dan kasta dalam masyarakat. Kelas dan kasta
memainkan peranan penting dalam hubungan social dalam masyarakatnya. Ada
tiga kelompok besar kasta dan kelas dalam masyarakat: 1) pendeta atau
tokoh agama yang berfungsi menyiapkan ritual keagamaan yang membentengi
Negara dari musuh baik musuh yang kelihatan maupun tidak kelihatan, 2)
tentara yang berfungsi mempertahankan Negara dari musuh yang kelihatan
dan menegakkan hukum dan peraturan, 3) orang biasa yang berfungsi
bekerja menghasilkan baju, makanan, rumah, dan mencari kebutuhan hidup
lainnya.
Peradaban kuno yang sering disebut peradaban ras oriental ini yang akan
diambil adalah peradaban dari bangsa Turanian (Cina dan Mongolia), dan
Hemitik (khususnya Mesir). Konsepsi oriental bagi
pendidikan adalah mempersiapkan generasi muda mempersiapkan fisik dan
mental untuk dapat mempertahankan dan memperoleh kebutuhan hidupnya.
Pendidikan di Cina dilatarbelakangi oleh agama Konghucu. Tujuan
pendidikan di Cina berpahamkan pada pengajaran konfusius. Pengajaran
Konfusius menekankan pada hidup mulia. Pengikut Konfusius dalam mendidik
dan mengajar menekankan pada lima hubungan mendasar, yaitu antara: 1)
penguasa dan rakyat, 2) orang tua dan anak, 3) suami dan isteri, 4)
saudara, 5) teman. Pendidikan di Cina yang disarankan oleh Konfusius
adalah di rumah tangga dan keluarga. Pendidikan di Cina ditekankan pada
tipe pelatihan dan pendidikan moral yakni pengajaran yang khusus melatih
pada adat istiadat, tugas, dan adab kesopanan. Isi pengajaran di Cina
berpahamkan pada Konfusius. Sedangkan pendidikan di Mesir bertujuan pada
pengabdian pada dewa dan juga ditekankan pada perdagangan dan
perindustrian. Sekolah militer bagi anak keturunan bangsawan dan juga
dari keluarga tidak mampu. Isi pendidikan di Mesir adalah klasik dan
kejuruan yang diperuntukan untuk perdagangan dan perindustrian. Sastra
mengajarkan kebajikan. Peradaban Mesir tidak luput dari peran keahlian
dan pengetahuan masyarakatnya. Pengajaran di Mesir bersifat tidak formal
hanya sebatas bagaimana mereka dapat menjadi tukang perahu, pedagang,
pengusaha, dan penggembala. Pendidikan yang terpenting dari orangtuanya
yang mengajarkan agama/keyakinan dan moral. Pendidikan formal baru dapat
diperoleh saat anak berusia 3 tahun yang biasanya diajarkan oleh
pendeta. Sekolah untuk membaca dan menulis saat anak berusia 5 tahun. Pendidikan
sekolah tingkat atas saat anak berusia 17 tahun. Sekolah militer saat
ada instruksi perang. Semua pengaturan atau pengorganisasian sekolah
dikendalikan oleh pendeta.
Landasan Pendidikan di Indonesia yang dijelaskan secara panjang lebar oleh Syamsul Berau yaitu Undang-Undang Dasar 1945.
Undang - Undang Dasar 1945 adalah merupakan hokum tertinggi di
Indonesia.Pasal - pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang -
Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu
menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang
kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap - tiap warga Negara berhak
mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajar Pasal 32 pada
Undang - Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan
nasional Indonesia.an nasional, yang diatur dengan Undang - Undang.b. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Tidak semua pasal akan dibahas dalam buku ini. Yang dibahas adalah
pasal - pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih
mendalam serta sebagai acuan untuk mengembangkan pendidikan. Pertama -
tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 5. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut :
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.”Selanjutnya Pasal 1 Ayat 5 berbunyi :
Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini
yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat
yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang
dimaksud dengan Pendidik tertera dalam pasal 27 ayat 6, yang mengatakan
bahwa Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.” Landasan Filsafat. Filsafat
pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
keakar - akarnya mengenai pendidikanAgar uraian tentang filsafat
pendidikan ini menjadi lebih lengkap, berikut akan dipaparkan tentang
beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia ini. Aliran
itu ialah :1. Esensialis2. Parenialis3. Progresivis4. Rekonstruksionis5.
Eksistensialis. Filsafat pendidikan Esensialis bertitik tolak dari
kebenaran yang telah terbukti berabad - abad lamanya. Kebenaran seperti
itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran secara kebetulan
saja. Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan
logika.Filsafat pendidikan Parenialis tidak jauh berbeda dengan filsafat
pendidikan Esensialis. Kalau kebenaran yang esensial pada esensialis
ada pada kebudayaan klasik dengan Great Booknya, maka kebenaran
Parenialis ada pada wahyu Tuhan. Tokoh filsafat ini ialah Agustinus dan
Thomas Aquino.Demikianlah Filsafat Progresivisme mempunyai jiwa
perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan
nyata. Menurut filsafat ini, tidak ada tujuan yang pasti. Tujuan dan
kebenaran itu bersifat relative. Apa yang sekarang dipandang benar
karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap
benar. Ukuran kebenaran ialah yang berguna bagi kehidupan manusia hari
ini. Tokoh filsafat pendidikan Progresivis ini adalah John
Dewey.Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari
Progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus
diperbaiki (Callahan, 1983). Mereka bercita - cita mengkonstruksi
kembali kehidupan manusia secara total.Filsafat pendidikan
Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah
eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di
dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada
manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan
oleh keputusan dan komitmennya sendiri. Landasan Sejarah.
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau
kegiatan yang dapat didasari oleh konsep - konsep tertentu. Sejarah pendidikan di Indonesia.Pendidikan
di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab itu
sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah
ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama
Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman
kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan
ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang
melalui pendidikan. Mereka membina anak-anak dan para pemuda melalui
lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya
yang hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah
Mohamad Safei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM
MKDK, 1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School
di Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan
nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud
ulama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas
usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Tokoh pendidik nasional
berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan
Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, system, dan metode pendidikannya
diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma,
Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan
pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk
menentang penjajah Belanda pada waktu itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad
Dahlan yang mendirikan organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di
Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada
pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut (TIM
MKDK, 1990).Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan
orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri
sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta Negara.Ada lima butir yang
dijadikan dasar pendidikan yaitu :
- Perubahan cara berfikir
- Kemasyarakatan
- Aktivitas
- Kreativitas
- Optimisme
Landasan Sosial BudayaSosial mengacu kepada hubungan
antar individu, antarmasyarakat, dan individu secara alami, artinya
aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.Sama halnya dengan social,
aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat
dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsure budaya.
Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka
adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk
yang dikerjakan juga budaya. Sosiologi dan PendidikanSosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.Proses sosial dimulai dari
interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi
sosial. Interaksi dan proses social didasari oleh factor-faktor berikut
:1. Imitasi2. Sugesti3. Identifikasi4. Simpati Kebudayaan dan PendidikanKebudayaan
menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, huku, moral, adapt, dan
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang
sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989) Hassan (1983) misalnya
mengatakan kebudayaan berisi (1) norma-norma, (2) folkways yang mencakup kebiasaan, adapt, dan tradisi, dan (3) mores,
sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan
sebagai berikut :1. Gagasan2. Ideologi3. Norma4. Teknologi5. BendaAgar
menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu :1.
Kesenian2. Ilmu3. KepandaianKebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam, yaitu :1. Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia2.
Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara
Timur dan sebagainya3. Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa
berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan
terdahulu. 5. Landasan PsikologiPsikologi atau ilmu
jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah
roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh
alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan
kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu
sendiri.a. Psikologi Perkembangan Ada tiga teori atau
pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud
adalah : (Nana Syaodih, 1988)1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan
individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap
memiliki ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.2. Pendekatan
diferensial. Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu
orang-orang membuat kelompok-kelompok3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan
ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut
sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara
individual. Sementara itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori
Rekapitulasi membagi masa perkembangan anak sebagai berikut (Nana
Syaodih, 1988)1. Masa kanak-kanak ialah umur 0 - 4 tahun sebagai masa kehidupan binatang.2. Masa anak ialah umur 4 - 8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu3. Masa muda ialah umur 8 - 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya4. Masa adolesen ialah umur 12 - dewasa merupakan manusi berbudaya b. Psikologi BelajarBelajar
adalah perubahan perilaku yang relative permanent sebagai hasil
pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan)
dan bias melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengkomunikasikan kepada orang lain. Ada sejumlah prinsip belajar
menurut Gagne (1979) sebagai berikut :1. Kontiguitas, memberikan situasi
atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang
diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.2. Pengulangan,
situasi dan respon anak diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar
lebih sempurna dan lebih lama diingat.3. Penguatan, respon yang benar
misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.4.
Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.5. Tersedia materi
pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak6. Ada upaya
membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi
dalam mengajar7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak
dalam belajar 8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh
factor-faktor dalam pengajaran. Dari paparan beliau dapat disimpulkan
bahwa pendidikan di Indonsia bertujuan untuk membentuk peserta didik
menjadi warga negara yang baik yang dapat memberikan sumbangsih terhadap
negara yang memiliki karakter utuh berjiwa nasionalis dan pancasilais
yang merupakan salah satu tujuan pendidikan di Indonesia.
Walaupun tulisan ini tidak ditulis secara skematik dan berurutan,
tulisan ini diharapkan dapat menjadi sebuah diskusi yang tidak terputus
mengenai sebuah bentuk pendidikan modern yang dapat membentuk karakter
masyarakat Indonesia yang adiluhung ( masyarakat yang lebih cinta pada
negara daripada cinta pada diri sendiri)
Semoga…..
sumber:
http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/30/pendidikan-modern-di-indonesia-dalam-pembentukan-karakter