Islam melarang bersikap malas karena dapat mengakibatkan kelumpuhan gerak ekonomi,
matinya kemampuan manusia, dan kerusakan masyarakat, serta menimbulkan kerugian
besar terhadap umat manusia. Telah diriwayatan dari para imam Ahlulbait tentang
doa-doa populer agar kita berlindung kepada Allah dari sikap malas semacam itu,
antara lain, “Allahumma innii a ‘udzu bika minal kasali wal sa ‘ami wal fatrati wal malal (Ya Allah! Sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari sikap malas, kejenuhan kehampaan, dan kejemuan).”
Banyak hadis diriwayatkan yang melarang kita bersikap malas sebagaimana ketika
Imam Shadiq berkata kepada sebagian sahabatnya, “Waspadalah kalian dari
bersikap malas dan jemu karena keduanya merupakan kunci segala keburukan.
Sesungguhnya orang yang bersikap malas tidak akan menunaikan hak, dan orang
yang bersikap jemu tidak akan bersabar dalam menunaikan hak.”
Islam membennci sikap malas dan melarang pengangguran serta sangat tidak menyukai orang yang menganggur karena dapat menyebabkan kemelaratan dan kejatuhannya, kehilangan kewibawaannya, dan mengakibatkan manusia meremehkannya. Karena orang yang memiliki karakter seperti itu sesungguhnya telah mati, tidak memiliki pemikiran dan perenungan. Orang-orang terdahulu yang saleh tidak terbiasa dengan kehidupan santai, tidak terus menerus berdiam diri dan menganggur. Mereka terus bekerja dan berdagang. Imam Shadiq meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Terkutuk, terkutuklah orang yang membebankan segala (kebutuhan)nya kepada orang lain.
Islam membennci sikap malas dan melarang pengangguran serta sangat tidak menyukai orang yang menganggur karena dapat menyebabkan kemelaratan dan kejatuhannya, kehilangan kewibawaannya, dan mengakibatkan manusia meremehkannya. Karena orang yang memiliki karakter seperti itu sesungguhnya telah mati, tidak memiliki pemikiran dan perenungan. Orang-orang terdahulu yang saleh tidak terbiasa dengan kehidupan santai, tidak terus menerus berdiam diri dan menganggur. Mereka terus bekerja dan berdagang. Imam Shadiq meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Terkutuk, terkutuklah orang yang membebankan segala (kebutuhan)nya kepada orang lain.
Islam
sungguh-sungguh mendorong manusia untuk bekerja serta menyifatkan para pekerja
sebagai orang-orang dicintai dan dikasihi Allah. Ini sebagaiman terungkap dalam
sebuah hadis, “Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang bekerja agar tidak
bergantung kepada orang lain.” Dalam hadis lain, “Sesungguhnya Allah mencintai
seorang mukmin pekerja dan membenci penganggur yang merasa dirinya cukup.”
Selain itu, terdapat pula hadis-hadis dari berbagai kitab hadis-hadis yang
saling mendukung dan telah menunjukkan dengan jelas tentang perintah untuk
bekerja dan larangan untuk menganggur dan bersikap malas.
Sumber
utama : Keringat Buruh (Hak dan Peran Pekerja dalam Islam).2007. Baqir Sharief
Qorashi.