bulan januari 2012 saya duduk nyaman di seat 12F Sriwijaya Air, GA
605, tujuan jakarta – pekanbaru. Seperti biasa ketika saya pulang ke pekanbaru naik pesawat saya selalu membawa hal-hal
yang bisa dibaca selama penerbangan. Saat itu saya membawa buku . Sesekali saya melirik
penumpang yang duduk di sebelah saya yang sedang membolak-balikkan koran
yang memang dipinjamkan awak pesawat. Sekilas saya menyesal kenapa
ketika masuk pesawat tadi tidak langsung mengambil salah satu koran yang
disediakan di kursi bagian depan. Kemudian tangan saya merogoh kantung
yang menempel di bagian belakang kursi yang ada di depan saya. saya tertarik dengan sebuah proposal berbentuk brosur dari Indonesian Investment Coordinating Board (BKPM).
Ketika saya buka brosur tersebut, saya
langsung dihadapkan oleh judul besar-besar, WHY INDONESIA? INVEST IN
REMARKABLE INDONESIA. Melihat judul tersebut saya seperti ditantang dan dipanas-panasi.
Oh saya paham, brosur ini sengaja diletakkan agar para investor asing
yang mungkin kebetulan naik sriwijaya untuk bisa menemukan brosur tersebut
dan membacanya. Kemudian, brosur berbahasa Inggris and indoensia itu saya baca secara
cepat. Dan tiba-tiba mata saya terhenti pada sebuah judul kecil, Dynamic
Demographic Base dengan menjabarkan alasan-alasan secara demografis
mengapa mereka harus inves di Indonesia. Saya terperangah ketika membaca
alasan yang ketiga:
Jika memang ingin menarik investor asing, KENAPA YANG HARUS DIPROMOSIKAN ADALAH BIAYA TENAGA KERJA INDONESIA YANG RENDAH? KENAPA TIDAK MENONJOLKAN KUALITAS SDM???!Labor cost is relatively low, even as compared to investment magnets China and India (Biaya tenaga kerja Indonesia relatif lebih rendah dibanding magnet investasi lainnya seperti Cina dan India).