Inovasi dan Modernisasi Dalam Pendidikan

Belakangan ini muncul perdebatan menarik tentang praktik pendidikan. Perdebatan itu mencakup pertanyaan-pertanyaan pokok dalam penyelenggaraan pendidikan. Diantara pertanyaan itu adalah kemana arah kebijakan pendidikan kita akan ditujukan? Dimanakah peran dan relevansi pendidikan dengan pembangunan ekonomi? Apakah kebijakan pendidikan yang selama ini diambil telah mempertimbangkan tuntutan perubahan yang disebabkan oleh globalisasi ekonomi? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu banyak menghantui masyarakat. Kebijakan harus diambil setelah memperhatikan berbagai variabel yang sedang berkembang. Diantara variabel penting untuk dicermati adalah perkembangan proses modernisasi yang amat dinamis, seiring dengan itu juga munculnya hegemoni kapitalisme global di dalam kehidupan masyarakat yang membawa konsekuensi interkoneksi kebijakan dengan beragam perkembangan aspirasi di dunia internasional.
Ada kepentingan yang cukup besar untuk membangun suatu arah kebijakan pendidikan ketika banyak variasi dan analisa kebijakan pendidikan yang dilansir sebagai antisipasi kebutuhan yang berkembang ditengah masyarakat. Urgensi ini menjadi krusial ketika para pembuat kebijakan pendidikan lokal juga terlibat dalam proses penentuan kebijakan untuk memenuhi kepentingan umum. Kepentingan membangun arah pendidikan yang lebih terang menjadi semakin signifikan ketika tuntutan kontemporerisasi kebijakan pendidikan bertemu dengan perubahan situasi internasional. Hal tersebut sebagai akibat dari proses modernisasi dan globalisasi ekonomi. Apa yang terjadi di Barat atau Utara selalu menjadi rujukan dan referensi pertimbangan politik pendidikan baik bagi para penguasa di tingkat pusat maupun para otoritas pengambil kebijakan di tingkat lokal.

A. Pengertian Inovasi Pendidikan
Inovasi mengandalkan adanya pribadi yang kreatif. Dalam setiap kebudayaan terdapat pribadi-pribadi yang inovatif. Dalam masyarakat yang sederhana yang relatif masih tertutup dari pengaruh kebudayaan luar, inovasi berjalan dengan lambat. Dalam masyarakat yang terbuka kemungkinan untuk inovasi menjadi terbuka karena didorong oleh kondisi budaya yang memungkinkan. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat modern pribadi yang inovatif merupakan syarat mutlak bagi perkembangan kebudayaan. Inovasi merupakan dasar dari lahirnya suatu masyarakat dan budaya modern di dalam dunia yang terbuka dewasa ini.

Inovasi kebudayaan di dalam bidang teknologi dewasa ini begitu cepat dan begitu tersebar luas sehingga merupakan motor dari lahirnya suatu masyarakat dunia yang bersatu. Di dalam kebudayaan modern pada abad teknologi dan informasi dalam millennium ketiga, kemampuan untuk inovasi merupakan ciri dari manusia yang dapat survive dan dapat bersaing. Persaingan di dalam dunia modern telah merupakan suatu tuntutan oleh karena kita tidak mengenal lagi batas-batas negara. Perdagangan bebas, dunia yang terbuka tanpa-batas, teknologi komunikasi yang menyatukan, kehidupan cyber yang menisbikan waktu dan ruang, menuntut manusia-manusia inovatif. Dengan sendirinya wajah kebudayaan dunia masa depan akan lain sifatnya. 

Betapa besar peranan inovasi di dalam dunia modern, menuntut peran dan fungsi pendidikan yang luar biasa untuk melahirkan manusia-manusia yang inovatif. Dengan kata lain, pendidikan yang tidak inovatif, yang mematikan kreativitas generasi muda, berarti tidak memungkinkan suatu bangsa untuk bersaing dan hidup di dalam masyarakat modern yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan akan menempati peranan sentral di dalam lahirnya suatu kebudayaan dunia yang baru.

Inovasi sebagai  suatu  ide, gagasan, praktik atau obyek/benda yang disadari dan diterima  sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.  Oleh sebab itu,  inovasi pada dasarnya merupakan  pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktik-praktik tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu kedaan tertentu ataupun proses tertentu yang terjadi di masyarakat.

Adapun pengertian Inovasi adalah an idea, practice or object thatperceived as new by an individual or other unit of adoption. Menurut Prof. Azis Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan. Inovasi dapat berupa  ide, proses dan produk dalam berbagai bidang. Contoh bidangnya adalah Managerial, Teknologi, dan Kurikulum.

Sayangnya, inovasi pendidikan umumnya merupakan suatu gerakan yang bersifat top down, dalam arti, inisiatif dalam melakukan inovasi selalu datang dari pihak pemerintah.
Misalnya, untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, telah banyak dilontarkan model-model inovasi pendidikan dalam berbagai bidang antara lain : usaha pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi dan efektifitas pendidikan, dan relevansi pendidikan. 

Kesemuanya  dimaksudkan agar difusi inovasi yang dilakukan bisa diadopsi dan dimanfaatkan untuk perbaikan dan pemecahan persoalan pendidikan di Indonesia.  Beberapa contoh  inovasi antara lain : program belajar jarak jauh, manajemen berbasis sekolah, pengajaran kelas rangkap, pembelajaran konstektual, pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Dalam bidang pendidikan, banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan. Inovasi yang terjadi dalam bidang pendidikan tersebut, antara lain dalam hal manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi  kurikulum, dsb.

Ciri-ciri inovasi pendidikan dapat dikenal dengan beberapa identifikasi, namun menurut ashby 1967 ada empat hal, yaitu:
  • Ketika masyarakat/orang tua mulai sibuk dengan peran keluar sehingga tugas pendidikan anak sebagian digeser dari orang tua pindah ke guru atau dari rumah ke sekolah.
  • Terjadi adopsi kata yang ditulis ke instruksi lisan
  • Adanya penemuan alat untuk keperluan percetakan yang mengakibatkan ketersediaan buku lebih luas.
  • Adanya alat elektronika yang bermacam-macam radio, telepon, TV, computer, LCD proyektor, perekan internet, LAN, dsb ).
Keempat hal tersebut telah menimbulkan banyak masalah. Untuk itulah kelima teknologi yang dibahas pada poin sebelumnya sangat membantu untuk solusi pemecahan. Perubahan pendidikan yang dinginkan sekolah sesuai visi dan misinya tentunya sangat tergantung pada lima teknologi tersebut yaitu sistem berfikir, sistem desain, ilmu pengetahuan yang berkualitas, manajemen.

Saat ini, sekolah negeri maupun swasta mulai berusaha keras untuk mengatur kembali sistem pendidikan mereka. Banyak program yang ditawarkan pada masyarakat, baik itu jurusan maupun status sekolah yaitu SSN, unggul, model, internasional, akselerasi dan sarana prasarananya.

Yang jelas, perubahan sekolah untuk menghadapi dunia global harus disiapkan dari unsur SDM yang berkualitas sehingga mampu berfikir membuat desain pendidikan, mempunyai kiat manajemen yang baik dan tidak gagap terhadap pendidikan. Jadi, dapat dikatakan bahwa antara inovasi pendidikan dengan teknologi pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Inovasi merupakan obyek dan teknologi pendidikan merupakan subyeknya. Dalam inovasi pendidikan butuh SDM dan peralatan yang menunjang, sebaliknya SDM dan alat tidak akan berfungsi tanpa digunakan untuk tujuan yang pasti dan bermanfaat dimasa datang.

Menurut Miles karakteristik inovasi adalah Deliberate, Novel, Specific, dan Direction to goal attaintment. Adapun aspek pokok yang mempengaruhi inovasi adalah Struktur, Prosedur, dan Personal.
Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan.

Proses Inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu inovasi itu terjadi, di sini ada unsure keputusan yang mendasarinya, oleh karena itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation decision Process). Menurut Everett M Rogers proses keputusan inovasi adalah the process through which an individual (or other decision making unit) passes from first knowledge of an innovation,to forming an attitude toward the innovation, to a decision to adopt or reject, to implementation of the new ide, and to confirmation of this decision.

B. Pengertian Modernisasi Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, modernisasi berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini. 

Dari uraian di atas, dijumpai poin penting dari modernisasi: satu, proses pergeseran sikap dan mentalitas. Dua, menyesuaikan dengan tuntutan masa kini. Saat ini kita berada dalam era globalisasi; pengetahuan dan teknologi berkembang dan menyebar dengan pesat. Hal ini mendorong timbulnya masyarakat baru di muka bumi, yaitu “masyarakat dunia”; menggantikan konsep masyarakat tradisional yang terkungkung oleh ruang dan waktu serta batas-batas geografis. Kita tidak bisa menutup mata, bahwa kita pun adalah bagian dari masyarakat dunia. Karena itu, modernisasi dilakukan sebagai langkah agar bisa fit in the society.

Lalu, apa hubungannya dengan pendidikan? Pendidikan berperan sebagai conservative agent (Alwasilah, 2008:59), berfungsi menyiapkan masinis-masinis untuk menjalankan lokomotif penarik gerbong modernisasi. Karena itu, pendidikan sangat berperan dalam proses pergeseran sikap dan mentalitas. 

Internasionalisasi dalam pendidikan, dipandang sebagai salah satu cara untuk memodernisasikan pendidikan. Internasionalisasi dimaknai dengan membuka peluang kerjasama dengan perguruan tinggi (maupun sekolah) di luar negeri; demi terciptanya transfer dan pertukaran pengetahuan. Tentu saja hal ini sangat baik bagi kemajuan pendidikan kita, supaya kita tidak menjadi katak dalam tempurung. 

Mendatangkan dosen dan mahasiwa asing, menyelenggarakan perkuliahan dengan bahasa pengantar bahasa Inggris memang positif. Tetapi, kita pun perlu memikirkan bagaimana menjembatani perbedaan kultur akademik di PT (sekolah) luar negeri dengan kultur akademik yang masih berlangsung di PT (sekolah) dalam negeri. Kita perlu menyiapkan mahasiswa kita, untuk menghadapi perkuliahan taraf internasional bukan hanya dari segi bahasa. Tetapi juga mempersiapkan mahasiswa agar terhindar dari gegar budaya yang disebabkan oleh perbedaan kultur akademik.

Alangkah baiknya jika modernisasi pendidikan difokuskan pada pemanfaatan potensi lokal dan pengembangan strategi berdasarkan ‘apa yang dibutuhkan’ oleh masyarakat kita bukan ‘apa yang diinginkan’. Karena, seringkali apa yang diinginkan sebenarnya bukan yang sesungguhnya kita butuhkan. 

Modernisasi sering disalah artikan sebagai sikap kebarat-baratan; kita dikatakan sudah modern jika sudah menerapkan ‘gaya barat’ dalam kehidupan. Padahal, hal itu sepenuhnya salah. Bagaimanapun, kita adalah orang timur yang memiliki karakteristik tersendiri. Kita tidak perlu memaksa mendefinisikan diri kita sebagai orang lain hanya agar diakui oleh masyarakat. 

Ada baiknya kita berkaca pada bangsa Jepang. Bangsa Jepang mampu merepresentasikan dirinya sendiri dalam masyarakat dunia. Lihatlah mereka begitu berpegang teguh pada akar budayanya, dimanapun mereka berada. Mereka merupakan satu contoh bangsa yang sukses melakukan modernisasi berbasis pada potensi lokal. Pada pengaruh asing yang masuk, mereka tidak menelan bulat-bulat pengaruh tersebut, melainkan menyerap dan menyilangkannya dengan budaya sendiri.

Ada baiknya kita berkaca pada bangsa Jepang. Bangsa Jepang mampu merepresentasikan dirinya sendiri dalam masyarakat dunia. Lihatlah mereka begitu berpegang teguh pada akar budayanya, dimanapun mereka berada. Mereka merupakan satu contoh bangsa yang sukses melakukan modernisasi berbasis pada potensi lokal. Pada pengaruh asing yang masuk, mereka tidak menelan bulat-bulat pengaruh tersebut, melainkan menyerap dan menyilangkannya dengan budaya sendiri. 

Pada era Meiji, Jepang mulai membuka dirinya terhadap dunia internasional, setelah sebelumnya melakukan politik menutup diri (sakoku) selama ratusan tahun. Menyadari dirinya akan tertinggal jika tidak cepat melakukan penysesuaian, Jepang pun melakukan langkah drastis; dengan menyerap pengetahuan asing dan membawanya ke dalam negeri. Contoh dalam bidang bahasa, era Meiji ditandai dengan kemunculan kosakata kanji baru. Ketika mereka menyerap teknologi baru, istilah-istilah teknis yang baru pertama kali diperkenalkan dibuat padanannya dalam bahasa Jepang, lewat penggabungan beberapa karakter kanji yang memiliki makna sama dengan bahasa rujukan. 

Mengapa bangsa Jepang repot- repot membuatnya? Bangsa Jepang sangat bangga pada jati diri kejepangannya, bagi mereka konsep menyesuaikan dengan tuntutan masa kini adalah mendekatkan unsur modern pada kehidupan masyarakat dengan bentuk- bentuk yang telah dikenal oleh masyarakat. Bagi mayoritas masyarakat Jepang yang tidak familiar dengan bahasa asing, membuat bentuk baru yang mudah diterima masyarakat lebih penting dibanding memaksa menerima bahasa asing secara bulat-bulat. Lewat cara ini, bukan hanya pengetahuan baru yang didapat, kekayaan kosakata pun bertambah.
Ada ungkapan yang berbunyi, knowledge is power but character is more. Pengetahuan adalah kekuatan, tapi yang lebih penting dari itu adalah karakter. Ketika kita berbicara modernisasi, kita berbicara transfer dan pertukaran pengetahuan yang menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi era globalisasi. Tetapi karakterlah yang membuat kita dapat bertahan ditengah derasnya arus zaman. Karakter, tidak dipelajari lewat cara transfer maupun pertukaran pengetahuan; melainkan lewat pemerolehan pengetahuan yang berasal dari kearifan lokal. Sugiarto (2009) mengemukakan bahwa mengesampingkan adat tradisi, mengabaikan pengalaman masa lalu dan kearifan lokal merupakan kebiasaan yang dapat membuat kehancuran bangsa. Karena itu, pendidikan sebaiknya bersifat kontekstual, menggali potensi-potensi lokal dan menyebarkannya dalam pengajaran. Bukan hanya sekedar mentransfer pengetahuan belaka.
Sources : dari berbagai sumber
Share this article :
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Faqih Muhammad - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger