KAYA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Dulu saya pernah menanyakan kepada seorang sahabat mengenai arti hidup. Saya bertanya dengan ringan kepada dia, “untuk apa sih kamu sekolah dan melanjutkan sekolah lagi?”, dia pun menjawab dengan ringan “ya untuk kaya”, jawabnya. Tersentak kata yang sederhana ini menggugah hati saya. Lalu saya balik Tanya kembali, “ kenapa harus kaya, bukankah untuk ibadah atau mencari ilmu?”, dia menjawab dengan tanpa beban, “ iya, kalau saya kayakan saya bisa bantu orang lain, kalau saya kaya saya bisa memberi”. 

Perbincangan hangat yang sederhana itu sampai saat ini membekas dihati saya, semoga teman saya rizka rahman masih mengenangnya, dan semoga Alloh merahmatinya selalu. Mungkin kata itu biasa saja bagi segelintir orang, tapi sangat luar biasa bagi saya, karena banyak teman yang ditanya hal yang sama, mereka menjawab dengan jawaban yang klise, mau menuntut ilmu lah atau sebagainya. Tapi jawab teman saya yang satu ini gamblang jelas dan berbobot, menurut saya. Saya kuliah memang untuk mencari ridho Alloh pada intinya, tapi saya juga tidak munafik bahwa semangat untuk menjadi kaya itu ada, tentunya kaya yang berkah, yang diridhoi oleh Alloh SWT. Terlebih kemarin saya baca buku berjudul “saya tidak ingin kaya tapi harus kaya”, karyanya AA Gym, setelah membaca buku itu saya kembali teringat percakaan yang tadi, dan dalam buku itu juga saya mengerti bahwa kaya itu merupakan suatu keharusan dan di syari’atkan dalam agama islam. Untuk menjadi kaya itu sebaiknya kita sebagai muslim bukan menginginkannya tapi kita sebagai muslim harusn kaya… nah sekarang pertanyaannya, bagaimana jika setelah kaya itu kita tidak siap menerimanya, seperti kisah Qorun yang mati ditelan hartanya sendiri, bagaimana dengan kekayaan itu menjadikan kita lupa akhirat dan lebih cinta dunia. Nah makanya sahabat, sebelum kita kaya kita harus mempersiapkan diri untuk menjemput kekayaan itu. Yaitu dengan lebih mengel Alloh SWT, karena kekayaan itu bukan masalah bagi umat yang bertaqwa. Dimata Alloh umat yang kaya dan miskin itu sama kedudukannya, dan bagi kita itu sebuah cobaan, dan dimata Alloh hanya yang paling bertaqwa saja yang paling mulia. 

Sepengetahuan saya ada mubaligh ataupun penulisyang mengharuskan umat islam itu kaya, tapi disisi lain banyak pula ustadz yang notebene lulusan pesantren hidup tidak kaya. Bahkan ia enjoy dengan kehidupannya itu, saya sejenak berfikir melihat fenomena itu. Apakah tidak sebaiknya orang kaya-orang kaya di Indonesia khususnya dikampung saya itu para ustadz dan mubaligh, ya pastinya menurut saya mereka lebih mengerti agama dan lebih bertaqwa. Nah itu yang menjadi pertanyaan dihati saya, apakah itu takdir, atau bagaimana? Tapi kebanyakan sepengetahuan saya mereka menginginkan hidup seperti itu, Karena takut kalau kaya menjadi lupa akhirat yang seperti saya sampaikan tadi… tapi kalau pendapat saya sih toh jika ingin hidup tidak kaya karena takut lupa akhirat boleh-boleh saja tapi harus tetap memiliki harta duniawi yang lebih, dan mempunya etos kerja yang baik. Seperti kehidupan baginda Rosululloh yang sangat sederhana tapi berlimpah kekayaannya yang dipersembahkan untuk umat. Dulu sebelum saya tau, saya kenal Rosul itu dengan kemiskinan, kesusahan, dulu saya kira Rosul itu miskin dalam artian tidak mempunya harta yang berlebih. Akan tetapi setelah saya sekarang lebih mengenal baginda Rosul, beliau itu ternyata kaya raya, beliau memiliki harta yang lebih, tapi walaupun begitu hidup beliau tidak kaya atau sangat sederhana, mengapa demikian karena beliau zuhud dengan kekayaannya, zuhud disini dalam artian bukan tidak boleh memiliki harta yang berlimpah tapi hatinya tidak terkait atau cinta dengan harta itu. Jadi kita pun patut mencontoh Rosul, kita harus kaya tapi kita tidak boleh mencintai kekayaan kita itu. Kalau kata aa Gym, Seperti kita kita pakai sepatu cukup dikaki saja bukan disimpen dihati juga, artinya jika kita punya kekayaan adanya tidak membuat bangga dan kehilangannya tidak membuat sengsara. 

Nah kalo begitu lantas timbul lagi pertanyaan kalau begitu buat apa kita kaya??? Kenapa kita harus kaya, ya jelas harta kekayaan itu untuk sebagai sarana kita menggapai ridho Alloh. Kalau kita kaya kita bisa bersodakoh, berinfak lebih banyak dari orang yang kekayaannya sedikit, kita bisa berhaji, kita bisa buat pesantren, kita bisa member peluang kerja bagi gelandangan dan pengemis, dan kita bisa menunjukan bahwa islam itu rahmatan lil ‘alamim, buakankah setiap doa kita meminta kebahagiaan didunia dan diakhirat…

[Dalam tulisan ini saya hanya ingin mengungkapkan apa yang telah saya pahami dari permasalah diatas, mudah-mudahan bisa menjadi inspirasi. Tapi jika ada kesalahan dari tulisan saya sangat haturkan maaf yang sebesar-besarnya. Karena, jujur hati ini takut bahwa sebenarnya setiap tulisan saya ini tidak sepenuhnya sesuai dengan sikap saya, tapi mudah-mudahan dengan tulisan saya ini bisa menjadi giroh dan inspirasa bagi diri saya. saya juga masih berusaha untuk belajar untuk menjadi umat yang terbaik. Semoga Alloh selalu menjaga keikhlasan saya dan meridhoi saya, dan terus memaafkan kesalahan saya…. Amiin.]
Share this article :
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Faqih Muhammad - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger