Ekspektasi bukanlah Harapan


Ekspektasi bukanlah sebuah harapan. Ekspektasi adalah kemungkinan yang bisa timbul dan dapat dihitung dengan sebuah metode kuantitatif (quantitative method) sedangkan harapan bukanlah sesuatu yang dapat dihitung dengan angka kuantitatif maupun dengan kuantitas doa yang anda lakukan, namun itu murni yang Empunya Kuasa yang melaksanakan.


Kalau di quantitative method, kita bisa menghitung expected value atau nilai ekspektasi. Contohlah ada 2 pilihan, tembak si doi atau ega, kalau tembak ada 2 kemungkinan, diterima atau ega. Kalau ega ditembak cuma ada 1 kemungkinan, ega jadian. Dengan persentase masing masing, misalnya kalau diterima 50 % ega 50%. Lalu kalau nembak diterima dapet rugi 50.000 rupiah tapi bisa eksis sama doi cantik, kalau ditolak udah rugi 50.000 rupiah masih kehilangan nyawa gara - gara gantung diri di pohon pisang. Tapi kalau ega ditembak, ya udah anda tidak kehilangan apa apa kecuali mendapat rasa menyesal.
Nah itulah gunanya belajar ilmu Metode Kuantitatif untuk Pengambilan Keputusan, atau disebut Quantitative Method for Decision Taking.
Kalau HARAPAN? Itu kasus berbeda. Contoh si Ucup tidak punya keberanian untuk nembak si Gupi. Nah tiap hari dia shalat 500x sehari (saking desperatenya), masih bakar bakar menyan buat si embah penunggu pohon karetan di sekolah, biar si Gupi jadian ama dia tanpa ada tembak tembakan kaya di Libya. Itu baru harapan.
TAPI....
Kadang realita bisa di luar ekspektasi. Bayangkan aja nih, aku tadi siang ikut pelajaran Kewarganegaraan. Presentasi dari kelompok kelompok lain aku nilai minimal 10 dari 12, eh waktu giliran kelompokku presentasi, dihujat habis habisan padahal presentasinya udah GODly, plus parahnya pada ngasih nilai 8 dari 11. Sedih banget kan? Apa coba mereka!! Udah senior, kaga tahu berterimakasihlah mereka. Bandingin aja presentasi mereka sangat busuk... Uncomparable dengan kami, data mereka pun gak valid, masih bisa ngata-ngatain data kami irrelevan, padahal semuanya relevan sama kasus yang kami bawa.
Ternyata kalkulasi kami atas ekspektasi kami agar mereka memberi nilai bagus meleset karena kami lupa akan qualitative side. Kita lupa secara kualitatif kelompok kelompok lain itu egois ga gotong royong, belagu pula. Mentang mentang mereka senior lalu merasa GODLY, padahal mereka itu ghodly aja kaga. Udah gitu ada yang bilang, "mas, jangan pake kata "hanya" 15000 jiwa mas, itu nyawa orang" Eeh si abang nih terlalu kolot, secara matematis hal itu bisa dikatakan HANYA karena variabel pembandingnya 160.000 jiwa. Secara kualitatif memang ga boleh, tapi kami berbicara data bang.
Bagi anda yang membaca hal ini, perhatikan dalam mengkalkulasi pengambilan keputusan. Hitung matematisnya, hitung probabilitanya, gunakan kurva normal, NAMUN jangan lupa akan sisi kualitatif. Pikirkan apa yang doi pikirkan, segala kemungkinan terburuk dan cara cara keluar. Itulah Manajemen, karena Manajemen adalah Sains dan Seni.
Makanya jangan modal muka tembok jelek doang kalo mau nembak cewek, apalagi yang bohai. Hitung dulu dong!
Share this article :
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Faqih Muhammad - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger