Melihat
buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong, saya tiba-tiba teringat dengan
buku sejenis. Buku yang saya maksud adalah Syukur Tiada Akhir yang
mengisahkan perjalanan hidup Jakob Oetama. Kedua buku yang bergenre
biografi itu memiliki warna kulit dan layout yang hampir sama. Kebetulan
saja kedua buku itu saya miliki. Tampilan kedua buku ini terlihat
mirip. Jakob Oetama yang dituliskan biografinya di buku Syukur Tiada
Akhir, dalam buku tentang Chairul Tanjung ini bertindak sebagai pemberi
Kata Pengantar: mengantarkan kisah tentang Si Anak Singkong yang hidup
miskin pada awalnya tapi pada akhirnya menjadi
seorang entrepreneur sukses setelah melewati perjuangan yang panjang.
Kuliah Sambil Bisnis
Melalui
40 puluh subjudul, dipaparkan secara kronologis kehidupan sang tokoh.
Membaca kisah di dalam buku ber-cover kuning-kecoklatan ini bagai
menonton film kehidupan yang sangat menarik. Dikisahkan, pria yang
bertubuh tinggi besar ini lahir pada tanggal 18 juni 1962 di Gang Sepur
II dan dibesarkan di Gang Sepur IV Kemayoran, Jakarta. Terlahir bukan
dari keluarga berada, membawanya pada hidup yang penuh tantangan dan
perjuangan. Ketika mahasiswa, ia sudah mulai berbisnis yang dimulai dari
bisnis fotocopy yang pada awalnya hanya untuk membantu sahabatnya
menggandakan materi kuliah dan berlanjut dengan berbisnis peralatan
kedokteran. Talenta bisnisnya demikian kuat yang kemudian — dengan
disertai kerja keras, kerja tuntas, kejujuran, komitmen — membawanya
menjadi salah seorang pengusaha papan atas di negeri ini.
Dia
beruntung mempunyai orang tua yang peduli sekali dengan pendidikan
anak-anaknya. Sebagaimana dikisahkan di dalam buku ini, bahwa betapa
penting artinya pendidikan bagi kemajuan seseorang atau bangsa. Orang
tua Chairul Tanjung mempunyai prinsip: ”Agar bisa keluar dari
kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan
segala daya upaya.” Apa pun akan dilakukan orang tuanya demi pendidikan
formal anak-anaknya sebagai bekal utama kesuksesan kehidupan di masa
datang.” (hal. 5).
Dengan
berbekal prinsip pentingnya pendidikan itulah, akhirnya membawa Chairul
Tanjung kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia,
sebuah fakultas yang, konon, pada saat itu tidak termasuk fakultas
favorit. Tapi, mulai dari situ, Chairul Tanjung, di samping mulai
menekuni ilmu, aktif di kampus, juga berlatih berbisnis.
Naik Haji Bersama Sang Bunda
Ada
satu tahapan kehidupan yang sangat menarik terkait tentang kecintaannya
kepada sang bunda. Dikisahkan, suatu kali dia mengantarkan dan bersama
ibunya pergi naik haji. Di dalam perjalanan dari Madinah ke Mekah, K.H.
Zainuddin MZ, yang dikenal dengan sebutan “Kyai Sejuta Umat” itu,
berkisah di hadapan para penumpang yang ikut dalam satu bus. Dia
bertutur tentang kemuliaan hati seorang ibu. Saya petikkan kisah Sang
Kyai persis seperti dituturkan di dalam buku ini (hal. 164).
“Suatu
waktu Nabi Muhammad ditanya oleh sahabatnya. Ya, Rasullulah… adakah
orang yang paling disayangi Allah SWT selain Engkau? Jawab Nabi: Ada,
yaitu Salman al-Farisi. Lalu, sahabatnya bertanya kembali: Kenapa, ya,
Rasul dia begitu disayang Allah? Kemudian Nabi bercerita bahwa Salman
al-Farisi adalah orang yang berasal dari keluarga miskin, sementara
ibunya ingin naik haji, tetapi untuk berjalan pun dia tidak bisa.
Demikian juga uang untuk pergi ke Tanah Suci tidak punya. Salman
al-Farisi begitu bingung menghadapi kondisi itu. Namun akhirnya, Salman
al-Farisi memutuskan untuk mengantar ibunya naik haji dengan cara
menggendong ibunya dari suatu tempat yang sangat jauh dari Mekkah.
Diperlukan waktu berhari-hari untuk melaksanakan perjalanan itu sehingga
tanpa terasa punggung Salman al-Farisi sampai terkelupas kulitnya.”
Cerita
KH Zainuddin MZ tersebut demikian berkesan dalam hati Chairul Tanjung.
Ia merasa apa yang dilakukannya, yaitu mengantarkan ibunya naik haji,
identik dengan perjalanan Salman al-Farisi yang mengantarkan bundanya
naik haji. Dengan rendah hati, Chairil Tanjung mengatakan bahwa apa yang
dicapainya merupakan berkah dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, dan
kekuatan doa dari Sang Ibu luar biasa perannya terhadap kesuksesan yang
diraihnya hingga detik ini.
Begitulah
sedikit kisah perjalanan hidup dan kisah sukses Si Anak Singkong,
Chairul Tanjung: dari seorang anak yang miskin menjadi the rising star.