Bahaya Pembentukan Budaya Mimpi Dalam Wacana Sinetron Remaja

Salah satu program acara yang saat ini menjadi primadona bagi para TV komersial adalah sinetron. Sinetron atau sinema elektronik adalah program TV yang hanya ada secara istilah di indonesia. Sinetron semakin berkembang bersamaan dengan hadirnya lima stasion televisi swasta di Indonesia : RCTI, SCTV, TPI, AN TV dan Indosiar  awal tahun 1990-an. Saat itu terdapat regulasi yang mengharuskan setiap stasion televisi memproduksi program lokal lebih banyak dibandingkan program non lokal.  Sinetron menjadi unggulan program lokal dan merajai prime time hampir semua stasion televisi.  Untuk mengetahui siapa pemenang dari persaingan program unggulan tersebut maka ratting yang menjadi patokannya. Semakin tinggi ratting diperoleh, semakin banyak penontonnya, maka semakin tinggi  pemasukan iklannya. Kondisi ini menguntungkan stasiun televisi, rumah produksi maupun pengiklan.  Oleh karena itu, sinetron yang sukses secara komersial maka akan berlanjut terus jam tanyangnya tanpa mengetahui kapan berakhirnya.

Wacana Sinetron Remaja

Dewasa ini sinetron yang   mengusung tentang dunia remaja menjadi pilihan utama bagi para stasion TV swasta. Sasaran remaja memiliki potensi yang sangat tinggi untuk menarik simpati sinetron tersebut. Hal ini dilandasi dengan banyaknya kaum remaja di negara kita diantara 250 juta jiwa penduduk Indonesia.  Dilihat dari ceritanya sendiri, kebanyakan sinetron remaja yang sering ditampilkan dalam televisi menggunakan formula  yang hampir sama yaitu persoalan cinta yang sangat kompleks dengan tambahan sekelumit permasalahan  keluarga dan perselingkuhan.  Kehadiran suasana keadaan keluarga yang ada dalam sinetron remaja pun seperti dalam mimpi.

Eskploitasi gaya hidup mewah serba glamour yang menjual mimpi juga terasa kental di dunia  sinetron kita. Aksesoris yang menunjang penampilan seperti ponsel terbaru, arloji, busana, sepatu, hingga kendaraan berseliweran di seting cerita. Semuanya menunjukan kearah high class. Para pemain berlomba memamerkan kekayaannya. Wacana yang dihadirkan dengan seting yang dibuat sedemikian rupa sangat bertentangan dengan krisis ekonomi dan politik yang melanda negara kita saat ini. Jika dideskripsikan lebih jauh, berbagai macam sinetron remaja yang beredar di televisi mengusung karakter cerita yang terpusat pada hubungan pribadi manusia: pertikaian keluarga, jatuh cinta, pernikahan, perpecahan, perselingkuhan, balas dendam, dan sebagainya.

Aspek seksualitas terlihat dari cara berbusana pemain hingga ekspresi cinta di antara mereka yang cenderung vulgar. Sementara aspek kekerasan menjadi bumbu penyedap yang menajamkan konflik. Pemainnya diarahkan untuk menyelesaikan masalah dengan melibatkan jotosan kepalan tangan, urat leher yang   menegang, dan jebakan-jebakan yang bisa merenggut nyawa.

Yang lebih membahayakan lagi adalah wacana dalam sinetron remaja kita sekarang ini menggunakan seting sekolah. Sungguh sangat mengejutkan, dimana sekolah hanya digambarkan sebagai tempat untuk bergaul, berpacaran, dan kadang digunakan tempat lahirnya berbagai konflik yang terjadi pada diri tokoh yang main di sinetron tersebut.

Guru terkadang digambarkan sebagai sosok yang lemah tanpa punya kekuatan karena selalu kalah dengan orangtua murid yang memiliki uang banyak untuk mengatasi permasalahan yang ada disekolah. Keberadaan guru sebagai pendidik hanya untuk meramaikan saja.  Profesi guru kehilangan kewibawaan di hadapan murid dan yang lebih mengenaskan tokoh guru sering kali  dijadikan bahan tertawaan. Citra pahlawan tanpa tanda jasa sepertinya dibiaskan.

Mengapa para stasion TV membuat sinetron remaja dengan wacana yang dihadirkan hanya tentang cinta, kemewahan?  Karena permasalah cinta menjadi sesuatu yang alamiah dalam pergolakan kepribadian remaja. Sedangkan atribut kemewahan diusung agar para remaja mengikuti style di kota besar  sehingga para produsen iklan dari kalangan penjual produk merasa diuntungkan dengan style tersebut.

Pemaknaan Sinetron Remaja

Di sinilah budaya mimpi dibangun bagi para kaum remaja lewat sinetron yang ditayangkan. Mimpi akan karakter yang hebat, karakter yang tampan bagi para pria, karakter yang cantik bagi para wanita. Karakter yang selalu ingin menang baik dalam percintaan maupun dalam pergaulan. Karakter yang selalu ingin dikenal oleh banyak   orang lewat tingkahnya yang terkadang jauh dari aturan moral yang ada. Selain itu mimpi tentang kekayaan dibangun juga dengan menyajikan tokok dari kalangan yang kaya raya, memiliki rumah mewah, memiliki perusahaan keluarga yang besar. Yang tentunya semua ini akan memberikan dampak pada kehidupan kesehariannya yang glamour.

Mengapa dikatakan mimpi? Karena wacana yang diberikan sangat bertolak belakang dengan rata-rata keadaan kaum remaja kita yang melihat tayangan tersebut. Tentu saja keadaan yang berbeda ini dijadikan maneuver   yang  cantik   untuk  menarik perhatian pemirsa yang dalam hal ini adalah kaum remaja. Remaja kita yang sebagian besar merupakan dari golongan status sosial menengah kebawah tentunya akan senang melihat tayangan seperti ini. Mereka menghayalkan akan perubahan yang ada pada keadaannya untuk menjadi apa yang ada seperti dalam sinetron yang disajikan.  Melalui tayangan ini para kaum remaja lambat laun akan terhegemoni dengan penokohan yang serba glamour dari prilaku para tokoh yang dihadirkan dalam sinetron tersebut.

Dari sinilah akhirnya muncul permasalahan sosial, dampak psikologis dari pemirsa remaja kita yang mengakibatkan rusaknya   kesehatan mental sehingga timbul permasalahan dalam dirinya dan  lingkungan disekitarnya. Bahaya sosial yang akan terjadi dari salahnya pemaknaan para remaja kita yang melihat sinetron tersebut adalah adanya pertentangan dalam dirinya untuk menirukan apa yang ada di dalam cerita sinetron tersebut dengan mengubah ideologinya dia yang sebenarnya.

Mereka memberikan pemaknaan yang berbeda dalam setiap individu. Kontek pemaknaan yang akan lahir dari setiap remaja yang melihat tayangan ini tentunya didasari oleh pengaruh pengalaman yang ada dalam dirinya dan nilai  kognitif,  serta apektif yang telah tertanam dalam diri mereka. Proses pemaknaan itu terjadi dalam tahapan seperti yang dijelaskan  ini :

Yang pertama individu dari remaja yang melihat tayangan sinetron remaja sebagai makna paling nyata dari wacana yang diberikan dalan cerita sinetron tersebut. Dimana signifier adalah simbol yang individu rasakan dengan panca indra dan signified adalah yang individu tanamkan dalam dirinya. Kedua ini adalah hubungan sebuah simbol atau tanda terhadap realitas eksternal yang disebut sebagai denotasi. Konotasi menggambarkan interaksi yang terjadi ketika symbol tadi bertemu  dengan emos
Share this article :
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Faqih Muhammad - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger