PEMIKIRAN DASAR
Pendidikan sejak dahulu kala adalah kegiatan dan
usaha untuk mengalihkan tata nilai dan kemampuan kepada pihak lain.
Biasanya disertai maksud untuk menjadikan pihak penerima dapat hidup
lebih sempurna dan lebih bermakna dari pada sebelumnya. Dalam UUD no.20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dan
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
UUD RI tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Pendidikan berlangsung dalam keluarga, dalam lembaga
pendidikan dan terutama di sekolah, dan dalam masyarakat. Meskipun peran
keluarga dalam pendidikan amat kuat, namun peran sekolah dan masyarakat
amat penting, terutama di masa kini dan mendatang.
Memperhatikan pengertian pendidikan di atas, maka
pendidikan harus bermutu untuk dapat mencapai tujuannya. Sebab
pendidikan yang tidak atau kurang bermutu tidak mungkin menjadikan pihak
penerima menangkap alih tata nilai dan kemampuan yang perlu
dimilikinya. Bahkan pendidikan yang tidak bermutu dapat menjadikan pihak
penerima justru bersikap dan bertindak tidak hanya berbeda tetapi juga
bertentangan dengan tujuan pendidikan.
Untuk kemajuan satu bangsa perlu ada pendidikan yang
bermutu kepada rakyatnya dan diperoleh seluruh atau sebanyak mungkin
warga bangsa itu. Maka baik faktor kualitas maupun kuantitas pendidikan
amat menentukan bagi masa depan bangsa. Sebagai akibat kemajuan umat
manusia maka berbagai ilmu pengetahuan dan kemampuan yang perlu
ditransfer melalui pendidikan makin luas, makin banyak dan makin
bervariasi. Akibatnya, pendidikan yang harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan umat manusia, memerlukan dukungan dana yang tidak sedikit.
Dengan perkataan lain : Pendidikan adalah Mahal. Menjadi lebih mahal
lagi karena harus disampaikan kepada warga bangsa yang banyak jumlahnya.
Namun sekalipun mahal, pendidikan amat menentukan
bagi masa depan bangsa. Terwujudnya pendidikan berpengaruh secara
menentukan kepada seluruh kegiatan dan usaha bangsa itu. Pendidikan
membentuk peradaban bangsa.
Oleh karena itu pendidikan merupakan investasi utama
dan terpenting bagi satu bangsa. Bangsa yang mengabaikan investasi
tersebut akan mengalami berbagai kesukaran dan kemalangan di masa depan,
baik bersifat rohaniah maupun jasmaniah. Sebab itu bangsa yang ingin
selamat, maju dan sejahtera memerlukan kehadiran kepemimpinan pada semua
tingkat masyarakat dengan kesadaran bahwa pendidikan adalah investasi
utama yang harus dilakukan satu bangsa.
Pendidikan diselenggarakan oleh Negara maupun
Masyarakat. Besarnya peran Negara dan Masyarakat ditentukan oleh tingkat
kesejahteraan bangsa. Makin kaya dan sejahtera rakyat di segala
tingkatan, makin besar peran Masyarakat dan makin berkurang peran
Negara. Sebaliknya makin rendah tingkat kesejahteraan rakyat semakin
besar diperlukan peran Negara. Dalam kondisi tersebut kurangnya peran
Negara mengakibatkan hanya sejumlah terbatas warga bangsa menikmati
pendidikan yang bermutu. Akan terjadi penajaman perbedaan antara warga
yang kaya dan yang miskin yang dapat meruncing menjadi pertentangan
sosial yang amat merugikan bangsa itu. Sebab itu Negara harus selalu
menjamin bahwa ada pendidikan yang bermutu dan merata bagi seluruh
rakyat dengan cara menghimpun dana yang memadai jumlahnya untuk dapat
menjamin terwujudnya pendidikan yang bermutu dan merata itu.
Pendidikan hakikatnya bertujuan memerdekakan Manusia
dengan mengembangkan segenap potensi yang ada padanya. Sebab itu
pendidikan harus berorientasi kepada Anak Didik atau Peserta Didik.
Sedangkan segenap faktor pendidikan lainnya, baik pendidik, alat
pendidikan maupun kondisi pendidikan, mendukung perkembangan Peserta
Didik. Dengan begitu memang diperlukan pendidik yang bermutu, alat
pendidikan yang sesuai jumlahnya dan mutunya serta kondisi pendidikan
yang kondusif bagi terwujudnya pendidikan. Akan tetapi itu semua kalah
penting dengan adanya kemungkinan dan kesempatan Peserta Didik
menggunakan dan mengembangkan pikiran dan perasaannya serta daya
kreasinya. Pendidikan harus berorientasi pada Peserta Didik.
Pada waktu ini paradigma pendidikan masih amat
berbeda dengan apa yang dikemukakan ini. Agar pendidikan dapat
menjalankan fungsinya dengan baik harus ada perubahan dan pembaruan
paradigma. Hanya dengan paradigma pendidikan baru ini bangsa Indonesia
dapat mengharapkan masa depan yang maju, sejahtera, berkeadilan dan
bermoral.
PENATAAN SISTEM DAN STRUKTUR PENDIDIKAN
Sistem pendidikan di Indonesia adalah keseluruhan
usaha dan kegiatan pendidikan yang terjadi di lingkungan keluarga,
masyarakat dan sekolah. Sistem itu perlu ditata agar diperoleh hasil
maksimal dari seluruh kegiatan itu.
Pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan
keluarga, masyarakat dan sekolah tidak berdiri sendiri-sendiri,
melainkan harus merupakan satu keutuhan dengan sinergi maksimal. Karena
merupakan satu keutuhan maka bagaikan rantai yang kekuatannya ditentukan
oleh mata rantai terlemah, sistem pendidikan mengusahakan agar semua
bagiannya tidak mengandung kelemahan. Sebaliknya malahan merupakan
kekuatan yang saling menunjang.
Pada waktu ini semua bagian sistem pendidikan di
Indonesia mengandung banyak kelemahan. Itu sebabnya produk pendidikan
tidak mewujudkan hasil yang memuaskan dan memberikan dampak positif bagi
perjuangan bangsa. Itu dapat dilihat pada mutu manusia Indonesia dalam
berbagai aspek kehidupan, baik dalam rendahnya disiplin dan pengendalian
diri, kemampuan hidup yang kurang efektif (apalagi efisien) dalam
berbagai kejuruan dan profesi sehingga kurang ada daya saing terhadap
bangsa lain, serta lemah dalam kehendak dan perbuatan. Masyarakat
Indonesia tergolong masyarakat lunak (soft society) yang sangat medioker.
Baik pendidikan di lingkungan keluarga, di masyarakat
maupun di sekolah belum berjalan sebagaimana mestinya. Malahan
pendidikan di lingkungan keluarga, disingkat pendidikan keluarga, yang
sebenarnya merupakan dasar bagi usaha pendidikan lainnya, terbukti
paling banyak menunjukkan kelemahan. Sebab itu penataan sistem
pendidikan harus dilakukan dengan memperbaiki mutu dan memperbanyak
kegiatan pendidikan di seluruh sistem pendidikan dan terutama pendidikan
keluarga. Selain itu harus terwujud koneksitas yang kongkrit antara
tiga bagian sistem pendidikan itu.
Penataan struktur pendidikan tertuju terutama pada
sistem pendidikan di sekolah dan di masyarakat. Perlu ada struktur dalam
sistem sekolah dan sistem pendidikan masyarakat yang menjawab lebih
tepat keperluan membentuk kemampuan hidup efektif untuk menjamin
kelangsungan hidup bangsa (survival) dalam masyarakat dunia
yang makin maju dan berubah secara cepat; serta mendukung pendidikan
keluarga dalam membentuk manusia Indonesia yang berkepribadian dan
berkarakter kuat.
Penataan pendidikan keluarga dipengaruhi banyak
faktor, seperti kondisi dan kemampuan orang tua untuk memberikan
pendidikan yang baik, kemampuan ekonomi keluarga, kondisi lingkungan dan
lainnya. Karena kuatnya pengaruh negara dan masyarakat terhadap
keluarga, maka faktor kepemimpinan nasional dan daerah amat berpengaruh
terhadap penyelenggaraan pendidikan keluarga yang baik. Negara dan
daerah yang berkondisi stabil serta sejahtera merupakan faktor amat
penting bagi keluarga. Hal itu memungkinkan kondisi ekonomi yang baik
pula bagi keluarga. Kalau kepemimpinan nasional dan daerah menunjukkan
sikap dan perilaku yang patut menjadi tauladan, maka hal itu juga
berpengaruh besar dalam suasana keluarga. Apalagi kalau ada usaha
terarah dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk memberikan arahan
dan pedoman bagi orang tua dalam mengasuh putera-puterinya, maka itu
memperkuat usaha pendidikan keluarga secara efektif. Namun patut pula
diperhatikan bahwa di masa kini dan masa depan kecenderungan kedua orang
tua menempuh kehidupan karier makin besar. Hal itu akan memperkuat
ekonomi keluarga, tetapi dapat berpengaruh kurang baik bagi pendidikan
keluarga kalau tidak ada usaha yang mengimbangi, seperti kehadiran kakek
dan nenek dalam keluarga.
Para orang tua perlu disadarkan bahwa pertumbuhan
manusia sangat ditentuikan oleh pendidikan yang diperolehnya sejak dalam
kandungan sampai ia dewasa, terutama sampai umur 10 tahun. Selain itu
faktor gizi yang diperoleh anak sejak bayi turut menentukan pertumbuhan
yang baik. Tidak kalah pentingnya adalah suasana keluarga yang riang,
optimis dan penuh dinamika. Ini semua memerlukan usaha Pemerintah dan
berbagai lembaga sosial dan keagamaan untuk terus menerus memberikan
informasi dan pedoman kepada orang tua. Kecenderungan kalangan muda
sekarang untuk mudah bercerai setelah menikah beberapa tahun dan
mempunyai anak sangat merugikan pertumbuhan anak itu. Kalau menjadi
kecenderungan umum, maka akan mengganggu perkembangan bangsa dalam
banyak segi.
Koneksitas antara pendidikan keluarga, masyarakat dan
sekolah yang berjalan baik menunjang pendidikan keluarga. Seperti
pelaksanaan pendidikan berbasis masyarakat yang memungkinkan para orang
tua berhubungan secara teratur dengan para guru sekolah dan pimpinan
masyarakat akan merangsang para orang tua menjalankan fungsi
pendidikannya dengan baik.
Penataan pendidikan masyarakat sebagai bagian sistem
pendidikan erat hubungannya dengan penataan strukturnya. Yang terutama
penting diperhatikan adalah usaha untuk memperbaiki nasib anak yatim
piatu dan anak jalanan. Pemerintah bersama masyarakat harus membentuk
organisasi yang mengurus anak-anak itu agar mereka mendapat pendidikan
semestinya. Kegagalan negara dan masyarakat melakukan hal demikian
berakibat fatal bagi masa depan bangsa, apalagi jumlah anak-anak
demikian tidak sedikit. Demikian pula usaha untuk mengatur pedagang kaki
lima yang sesuai dengan kepentingan mereka merupakan hal yang amat
penting dan sekarang belum menunjukkan bukti keberhasilannya. Sebab
utama kekurangberhasilan adalah pengaturan yang berorientasi pada
kepentingan pemerintah dan kehidupan formal, bukan kepentingan pedagang
kaki lima yang masih berada dalam kehidupan informal. Padahal sebenarnya
di lingkungan pedagang kaki lima banyak terdapat jiwa kewirausahaan
yang patut dikembangkan dan menguntungkan masa depan bangsa. Gerakan
Pramuka dan Karang Taruna perlu dikembangkan terus dan ditingkatkan
kemampuannya untuk memberikan pendidikan kepribadian dan kemampuan
hidup. Adanya usaha masyarakat untuk mengadakan berbagai kursus dan
latihan yang dapat menambah dan meningkatkan banyak kemampuan patut
ditunjang dan dikembangkan terus. Sebab dalam kenyataan pendidikan
sekolah tidak dalam segala hal memadai bagi kepentingan peserta didik.
Penataan pendidikan sekolah sebagai bagian sistem
juga tidak lepas dari penataan strukturnya. Pada dasarnya seluruh bangsa
ikut serta menunjang terlaksananya pendidikan sekolah. Namun karena
masyarakat Indonesia masih rendah tingkat kesejahteraannya, maka sukar
diharapkan peran masyarakat golongan bawah serta menengah-bawah untuk
berperan besar dalam pembiayaan pendidikan sekolah. Padahal golongan
masyarakat itu terbesar di Indonesia, sedangkan di pihak lain pendidikan
merupakan usaha yang tidak murah apabila dijakankan dengan semestinya.
Oleh sebab itu Negara, yaitu Pemerintah dan Pemerintah Daerah, harus
memegang peran utama dalam pembiayaan pendidikan sekolah. Negara harus
melihat pendidikan sebagai investasi utama bangsa yang sangat menentukan
masa depan bangsa.
Negara harus menyelenggarakan pendidikan cuma-cuma
mulai Taman Kanak-Kanak hingga SMP dan Madrasah Tsanawiyah. Sekali gus
itu ditetapkan sebagai Wajib Belajar agar semua anak usia 4 hingga 15
tahun dapat menikmati pendidikan pra-dasar dan dasar. Apabila Negara
berhasil meningkatkan kemampuan keuangannya, juga pendidikan menengah
(SMA, SMK, MA, MAK) diadakan dengan cuma-cuma. Meskipun pendidikan
tinggi memperoleh otonomi yang luas, termasuk dalam mengusahakan dana
pembiayaan, namun dalam kenyataan masih diperlukan subsidi dari
Pemerintah agar dapat dijangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah.
Juga perlu ada penyelenggaraan beasiswa yang luas bagi mahasiswa yang
berprestasi tetapi kurang kuat kondisi keuangannya.
Peran Negara yang besar dalam pendidikan tidak
menutup peran masyarakat yang dilakukan oleh kalangan swasta. Peran
swasta itu harus memenuhi sekurang-kurangnya standard minimum dari
tingkat pendidikan yang diselenggarakan. Karena keterbatasan dana
pemerintah, maka swasta sejauh mungkin mengusahakan kemampuan pembiayaan
yang otonom. Apabila peran swasta tersebut menggantikan atau melengkapi
peran pemerintah, maka subsidi pemerintah diberikan atas dasar prestasi
yang ditunjukkan.
Sistem sekolah dimulai dengan pendidikan di Taman
Kanak-Kanak (TK) yang disebut sebagai pendidikan pra-dasar. Taman
Kanak-Kanak merupakan pendidikan amat penting untuk menjamin agar
pertumbuhan anak, khususnya dalam menguasai ilmu pengetahuan, berjalan
dengan baik. Oleh sebab itu sebaiknya semua anak mengunjungi TK sebelum
menjalani pendidikan dasar.
Dalam struktur pendidikan Sekolah Dasar (SD)
merupakan tingkat pertama dalam pendidikan dasar. Harus diusahakan agar
sekurang-kurangnya pendidikan tiga tahun pertama SD mewujudkan standard
minimal secara nasional. Dalam tiga tahun itu diletakkan dasar
kepribadian manusia Indonesia yang di satu sisi mempunyai sifat nasional
melalui pelajaran bahasa Indonesia dan matematika serta berhitung,
tetapi di sisi lain mempunyai sifat daerah masing-masing melalui
pelajaran bahasa dan budaya daerah. Dengan begitu semboyan Bhinneka
Tunggal Ika diwujudkan secara kongkrit. Sifat nasional itu diperkuat
melalui pendidikan kesenian, olahraga dan budi pekerti yang membuat
peserta didik mampu mengembangkan diri secara individual tetapi sekali
gus menyadari dan biasa hidup dalam kebersamaan. Pendidikan agama
disampaikan untuk mengantarkan peserta didik memahami dan melaksanakan
agamanya masing-masing. Kalau ada standard minimum bagi pendidikan itu
dan dapat diwujudkan di seluruh Indonesia, maka lambat laun akan
tercipta Manusia Indonesia Baru yang berkepribadian Indonesia dan
sanggup berkiprah dalam dinamika umat manusia yang diliputi perubahan
serba cepat dan bervariasi. Kuncinya terletak pada Guru Kelas yang
membimbing peserta didik secara dekat dan penuh perhatian dengan
berorientasi serta berfokus kepada peserta didik.
Tiga tahun berikut dalam pendidikan SD mulai
diletakkan landasan kokoh bagi penguasaan ilmu pengetahun tanpa
mengabaikan pengembangan kepribadian. Pelajaran sains yang mulai
diberikan dalam ilmu fisika dan biologi harus membawa peserta didik pada
perkembangan modern kedua ilmu itu. Pelajaran bahasa Indonesia dan
daerah dilanjutkan dan diperkokoh penguasaannya melalui kemampuan
menulis, membaca dan bercerita. Perlu diperhatikan pelajaran ilmu bumi
atau geografi agar peserta didik memahami dan menyadari tempatnya dalam
ruang daerah ia tinggal, ruang nasional negaranya dan ruang
internasional. Juga tak boleh diabaikan pelajaran sejarah agar peserta
didik paham dan sadar akan perkembangan bangsanya dalam ruang lingkup
umat manusia. Faktor internasional mulai masuk melalui keharusan belajar
bahasa Inggeris ditambah dengan membuat pilihan untuk belajar bahasa
Arab atau Cina. Pendidikan kesenian, olahraga, agama dilanjutkan,
sedangkan pendidikan budi pekerti diintegrasikan dalam setiap mata
pelajaran. Apabila kondisi memungkinkan setiap mata pelajaran diajarkan
Guru Mata Pelajaran, sedangkan Guru Kelas tetap ada untuk membimbing
peserta didik dan memperkuat pendidikan budi pekerti. Apabila kondisi
kurang memungkinkan pembelajaran dilakukan semua oleh Guru Kelas,
kecuali pendidikan olahraga dan agama.
Tingkat kedua dalam pendidikan dasar adalah Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Sebenarnya SMP
harus merupakan bagian dari pendidikan menengah. Namanya saja sudah
menunjukkan itu, tetapi rupanya para pembuat undang-undang di Indonesia
lebih sepakat untuk menjadikannya bagian dari pendidikan dasar. Akan
tetapi bagaimana pun juga SMP dan MTs bukanlah pendidikan dasar biasa,
melainkan pendidikan dasar lanjutan. Sebab itu pelaksanaan pendidikan
harus berbeda dari SD. SMP adalah sekolah di mana peserta didik mulai
mengambil keputusan apakah nanti akan menempuh terus pendidikan umum
yang menuju ke pendidikan tinggi. Atau memilih untuk secepat mungkin
mempunyai keahlian kejuruan yang memungkinkannya mendapat pekerjaan dan
penghasilan. Sebab itu di SMP peserta didik disiapkan apakah selepas
sekolah itu akan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) atau ke
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Di lingkungan pendidikan keagamaan
adalah Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Terutama
di kelas 3 SMP ditentukan pilihan itu.
Pendidikan ilmu pengetahuan makin diperluas di SMP,
demikian pula pendidikan bahasa Indonesia dan bahasa asing serta
pendidikan kesenian. Pendidikan olahraga meningkatkan kemampuan
berolahraga. Pendidikan agama memperdalam penanaman spiritual intelligence. Ini semua mmperkuat dasar peserta didik untuk pendidikan selanjutnya.
Sebenarnya dalam UUD no. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional SMP hanya bersifat pendidikan dasar umum. Akan
tetapi dalam kenyataan, terutama di daearh luar Jawa, sangat dirasakan
keperluan adanya SMP Kejuruan. Cukup banyak pemuda yang tidak berminat
dan tidak dalam kondisi yang sesuai untuk melanjutkan pendidikan setelah
SMP dan ingin cepat bekerja serta memperoleh penghasilan. Sebab itu
perlu ada SMP Kejuruan yang memenuhi keperluan itu. SMP Kejuruan dapat
mengambil kejuruan teknik, pertanian, perikanan, ekonomi (khususnya
perdagangan dan koperasi) yang lulusannya dengan keahliannya amat
dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan Indonesia. Mungkin hal ini akan
berubah apabila masyarakat Indonesia makin maju dan makin sejahtera.
Pada waktu itu mungkin sekali SMP Kejuruan tidak diperlukan lagi. Akan
tetapi kondisi masyarakat demikian baru akan terwujud paling cepat 20
tahun yang akan datang.
Pendidikan menengah merupakan susunan berikut dalam
sistem sekolah. Pendidikan menengah terbagi dalam pendidikan menengah
umum yang dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah
(MA) serta pendidikan menengah kejuruan yang dilakukan di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)..
SMA dan MA pada dasarnya merupakan pendidikan yang
menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan di pendidikan
tinggi di kemudian hari. Akan tetapi dalam kondisi Indonesia sekarang
ternyata bahwa sekitar 80 prosen lulusan SMA tidak melanjutkan di
pendidikan tinggi, melainkan langsung mencari pekerjaan dan penghasilan.
Hal ini disebabkan aneka ragam alasan, antara lain kemampuan financial,
daya tampung pendidikan tinggi, mutu pendidikan SMA yang kurang
memadai. Agar pendidikan SMA tetap relevan dengan keperluan masyarakat
yang kongkrit, maka perlu ada penyelenggaraan pendidikan yang memang
menyiapkan peserta didik untuk menjadi calon mahasiswa dan yang lain
adalah memberikan dasar pengetahuan tingkat pendidikan menengah serta
kemampuan untuk bekerja setelah itu. Andai kata dapat dibangun SMK dalam
jumlah banyak, jauh lebih banyak dari SMA, mungkin pendekatan demikian
tidak diperlukan karena peserta didik yang hendak langsung bekerja dapat
masuk SMK. Akan tetapi dalam kenyataan jumlah SMK terbatas karena
pembangunan SMK mahal dan jauh lebih mahal dari pembangunan SMA. Oleh
sebab itu masih akan lama sebelum jumlah SMK memadai untuk menampung
semua peserta didik yang ingin langsung bekerja setelah menyelesaikan
pendidikan menengah. Atas dasar itu perlu ada SMA Normal, yaitu yang
menyiapkan peserta didik untuk ke pendidikan tinggi, dan SMA Kerja yang
di samping memberikan pengetahuan tingkat pendidikan menengah juga
menyiapkan peserta didik untuk bekerja. Malahan tidak mustahil kalau
yang diperlukan lebih banyak SMA Kerja dari pada SMA Normal. Di samping
itu perlu diadakan SMA Unggul, yaitu SMA Normal yang unggul
penyelenggaraannya dan menampung lulusan SMP yang unggul pula. SMA
Unggul diperlukan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi dan
meningkatkan jumlah ilmuwan dan teknolog bermutu tinggi.
SMK menyelenggarakan pendidikan yang membentuk ahli
kejuruan aneka ragam yang diperlukan masyarakat. Sebab itu SMK sejak
permulaan amat spesialistis sifatnya. Ada SMK Teknik dengan aneka ragam
jurusan seperti Listrik, Bangunan, Komputer, Kimia, dll. SMK Rumah
Tangga, SMK Pertanian, SMK Perikanan, SMK Kelautan, SMK Ekonomi dan
lainnya, masing-masing dengan jurusannya yang juga spesialistis.
Perbedaan dengan SMA Kerja adalah bahwa SMA Kerja tidak menyiapkan ahli
kejuruan. Sebab yang dimaksudkan dengan ahli kejuruan adalah mereka yang
dapat meraih sertifikat dalam kejuruan tertentu. Sedangkan ujian
sertifikasi dilakukan oleh Badan Sertifikasi yang perlu dibentuk,
terdiri dari pihak Pemerintah, dunia usaha dan Asosiasi Profesi.
Sertifikasi itu menjaga relevansi SMK dalam dunia usaha dan menjamin
bahwa pemegang sertifikat akan mudah tertampung dunia usaha di seluruh
Indonesia dan bahkan di wilayah ASEAN kalau sudah ada kerjasama antar
negara ASEAN dala sertifikasi. Meskipun pada dasarnya kemampuan untuk
meraih sertifikat dibentuk melalui SMK, namun tidak menutup kemungkinan
bahwa ada orang bukan lulusan SMK dapat pula memperoleh itu, mungkin
melalui penyiapan diri sendiri. Akan tetapi hal itu akan amat langka
karena pencapaian sertifikat tidak mudah. Meskipun kebanyakan lulusan
SMP Kejuruan akan langsung bekerja, tetapi tidak boleh ditutup
kemungkinan bagi mereka yang berminat belajar lagi untuk masuk SMK
Sejenis. Hal itu harus dimungkinkan dengan memenuhi segala persyaratan
yang diadakan oleh SMK bersangkutan, termasuk ujian teori dan praktek.
Tahap berikut dalam struktur sistem sekolah adalah
pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi terbagi dalam pendidikan akademik,
pendidikan professional dan pendidikan vokasional.yang dilakukan di
Universitas, Sekolah Tinggi, Akademi, Politeknik dan lembaga pendidikan
lain.
Pendidikan akademik membentuk sarjana dalam disiplin
ilmu tertentu selama 4 tahun dan lulusannya yang disebut Sarjana Satu
(S1) dapat melanjutkan ke pendidikan Sarjana Dua (S2) atau pendidikan
Magister. Kemudian Sarjana Dua yang memenuhi penilaian dapat melanjutkan
ke pendidikan Sarjana Tiga (S3) atau Doktor.
Pendidikan professional membentuk
sarjana menguasai professi atau spesialisasi tertentu yang
diselenggarakan oleh Asosiasi Professi bersama perguruan tinggi.
Pendidikan vokasional membentuk ahli yang cakap dalam
vokasi tertentu dan sifatnya spesialistis. Pendidikan vokasional yang
berlangsung satu tahun menghasilkan lulusan dengan tingkat Diploma Satu
(D1), yang berlangsung dua, tiga dan empat tahun masing-masing
menghasilkan Diploma Dua (D2), Diploma Tiga (D3) dan Diploma Empat (D4).
Perbedaan utama antara pendidikan akademik dan
vokasional terletak dalam keahlian yang dicapai lulusannya. Lulusan
pendidikan akademik lebih berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahun
secara teori, sedangkan lulusan pendidikan vokasional lebih pada
penguasaan praktek dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Dapat
dikatakan bahwa lulusan pendidikan akademik masih memerlukan pendidikan
khusus untuk menjalankan pekerjaan tertentu sebelum ia dapat bekerja.,
yaitu pendidikan profesional dan ujian yang dilakukan oleh Asosiasi
Profesi bersangkutan. Seperti Sarjana Hukum harus lulus bar examination sebelum
dapat menjalankan pekerjaan sebagai advokat. Sedangkan pemegang Diploma
yang memang pendidikannya sudah terarah pada pekerjaan tertentu dapat
langsung menjalankan pekerjaan itu.
Kita menganut pendidikan terbuka dan karena itu
pemegang Diploma dimungkinkan masuk pendidikan akademik asalkan dipenuhi
syarat-syaratnya. Begitu pula, sekalipun semua mahasiswa pendidikan
akademik dan vokasional pada dasarnya adalah lulusan SMA, namun tidak
ditutup kemungkinan bagi lulusan SMK untuk masuk pendidikan tinggi baik
akademik maupun vokasional asalkan syarat-syaratnya dipenuhi. Bahkan
seorang lulusan SMP Kejuruan yang sudah bekerja lama dan menunjukkan
hasil pekerjaan menonjol tidak mustahil diidzinkan menempuh ujian masuk
dalam pendidikan vokasional yang sejenis dengan pekerjaan orang itu.
Dalam masyarakat modern yang sifatnya industri atau
paska-industri seorang sarjana tidak dipandang lebih tinggi dari
pemegang Diploma karena kesarjanaannya, atau bahkan lulusan SMK yang
terkenal keahliannya . Tidak jarang pemegang Diploma (di Jerman lulusan Fach Hochschule) atau lulusan SMK (seperti di Belanda Middelbare Technische School) dalam dunia industri mendapat gaji jauh lebih tinggi dari sarjana, bahkan doctor.
MUTU PENDIDIKAN
Sesuai dengan tujuannya maka pendidikan harus
bermutu; pendidikan yang tidak bermutu malahan membuat manusia yang
bertentangan sikap dan perilakunya serta kemampuannya dengan keperluan
masyarakat, negara dan bangsa. Kalau sekarang keadaan bangsa Indonesia
begitu kacau, tidak kenal disiplin dan aturan, kurang menguasai
kemampuan yang diperlukan masyarakat dan kurang kemampuan berbuat
positif, maka iu semua adalah hasil pendidikan masa lampau yang hingga
sekarang tidak bermutu.
Kalau bangsa Indonesia hendak merobah nasibnya dan
lebih mampu bergerak secara efektif dan produktif dalam percaturan
dunia, maka bangsa Indonesia harus sanggup memperbaiki pendidikannya.
Itupun hasilnya baru akan diperoleh sekitar satu generasi atau 20 tahun
setelah proses itu dimulai.
Terlebih dahulu bangsa Indonesia, khususnya para
pemimpinnya dalam setiap aspek kehidupan masyarakat serta di semua
tingkatan kehidupan, harus bersedia untuk lebih berorientasi kepada mutu
atau kualitas kehidupan. Harus ada dorongan pada para pemimpin untuk
selalu mengusahakan dan mencapai yang terbaik. Sebab pendidikan
merupakan usaha seluruh bangsa dan bukan hasil beberapa sekolah belaka.
Mutu pendidikan merupakan hasil sinergi dari
pendidikan keluarga, pendidikan masyarakat dan pendidikan sekolah yang
masing-masing berusaha mencapai hasil maksimal dalam usaha serta
kegiatan mereka. Mutu pendidikan dapat dilihat secara relatif maupun
absolut. Pendidikan bermutu secara absolut kalau menghasilkan sumberdaya
manusia, baik secara individual maupun kolektif, yang mampu berbuat
terbaik bagi masyarakat, negara, bangsa dan dirinya sehingga
menghasilkan tujuan perjuangan bangsa, yaitu kehidupan yang sejahtera,
maju dan berkeadilan berdasarkan Pancasila. Pendidikan dapat dikatakan
bermutu scara relatif apabila dapat menghasilkan sumberdaya manusia,
baik secara individual maupun kolektif, yang dapat bersaing secara
positif dan efektif dengan bangsa-bangsa lain di dunia, khususnya
bangsa-bangsa yang hidup di sekitarnya di Asia Tenggara. Pada waktu ini
baik mutu relatif maupun absolut belum tercapai.
Mutu pendidikan keluarga sangat ditentukan peran
orang tua, tetapi juga semua factor yang mempengaruhi kehidupan keluarga
dan kemampuan orang melakukan pendidikan yang baik. Termasuk kondisi
masyarakat dan negara yang kondusif bagi kondisi keluarga, dalam semua
aspek kehidupan. Sebab itu pendidikan keluarga secara tidak langsung
dipengaruhi oleh mutu kepemimpinan nasional yang membawa negara dalam
kondisi yang aman tenteram dan sejahtera. Adanya ekonomi nasional yang
dapat memberikan kesempatan kerja dan penghasilan teratur bagi orang tua
amat penting. Demikian pula masyarakat yang aman memudahkan para orang
tua menjalankan kewajiban pendidikan mereka. Terutama kondisi moralitas
bangsa sangat berpengaruh sebagai kondisi lingkungan yang mendukung
pendidikan keluarga yang baik. Akan amat membantu apabila negara dan
masyarakat melalui berbagai lembaga sosial dan keagamaan membantu para
orang tua dengan pemberian pedoman dan bantuan. Kemudian sikap para
orang tua sendiri terhadap pentingnya pendidikan bagi puteranya mnjadi
penentu mutu pendidikan keluarga. Sebab pendidikan keluarga sudah mulai
ketika orang tua mulai berpasangan membentuk keutuhan harmonis.
Dilanjutkan dengan pendidikan anak sebelum lahir dan diteruskan setelah
lahir. Perhatian dan kasih sayang orang tua terhadapa anak disertai
pembentukan dasar dari jasmani dan rohani anak melalui makanan yang
bergizi serta bimbingan yang tepat sangat besar artinya. Kemudian
mmbimbing anak untuk bersosialisasi melalui pendidikan dalam masyarakat
yang dilakukan melalui kelompok main (playgroup). Dilanjutkan
pada umur 4 tahun masuk Taman Kanak-kanak dan seterusnya ke jenjang
sistem sekolah. Sekalipun anak sudah sekolah pendidikan keluarga tetap
penting sampai umur 15 tahun, karena anak lebih panjang waktu dihabiskan
di lingkungan keluarga dari pada di sekolah. Meskipun peran ayah selalu
penting, tetapi peran ibu masih lebih penting. Sebab itu ibu yang
berkarier tidak boleh mengabaikan perhatiannya yang memadai untuk anak.
Demikian pula perhatian orang tua kepada semua anak secara adil setelah
anak pertama disusuloleh yang berikut. Untuk menjaga kemampuan orang tua
maka sebaiknya jumlah anak dibatasi maksimal tiga orang. Kasih sayang
orangtua, terutama ibu, akan terus memberikan dampaknya yang positif
dalam kehidupan anak.
Mutu pendidikan masyarakat sangat dipengaruhi
kepemimpinan yang berjalan dalam masyarakat, seperti kepemimpinan dari
atas sampai bawah dalam Gerakan Pramuka dan Karang Taruna. Juga makin
banyaknya LSM akan besar pengaruhnya terhadap faktor pendidikan
masyarakat kalau pimpinan LSM bermutu, artinya memberikan tauladan
positif yang dapat ditiru. Kemampuan bangsa dlam berbagai bidang banyak
dipengaruhi oleh berbagai kursus dan latihan yang diselenggarakan dalam
masyarakat, sedangkan itu semua banyak ditentukan oleh kepemimpinan
organisasi itu.
Mutu pendidikan sekolah banyak sekali dipengaruhi
oleh pendidikan keluarga dan penyelenggaraan TK serta SD, khususnya 3
tahun pertama SD. Peran dan mutu Guru Kelas sangat dominant dalam
memghasilkan mutu iu. Sebab itu pendidikan guru untuk menjadi Guru Kelas
yang efektif sangat diperlukan . Hal ini terutama berpengaruh terhadap
kepribadian dan budi pekerti peserta didik.
Guru Mata Pelajaran (MP) yang bermutu mempengaruhi
perkembangan ilmu pengetahuan para peserta didik. Sebab itu sebaiknya
Guru MP diambil dari sarjana yang studi dalam MP tersebut atau sangat
berhubungan dengan MP itu. Kemudian ditambah dengan pendidikan untuk
memperoleh sertifikat mengajar. Ini berlaku dari mulai SD kelas 4 hingga
SMA dan SMK. Mutu ilmiah para guru MP dipelihara dan ditingkatkan
melalui pendidikan ulangan .
Peran Kepala Sekolah dan Komite Sekolah berperan
penting agar penyelenggaraan sekolah berjalan sebaik-baiknya. Pemilihan
Kepala Sekolah harus dilakukan secara saksama dengan memperhatikan track record sebagai
pendidik maupun sebagai pemimpin yang mamu berperilaku positif dalam
pergaulan. Bersama Komite Sekolah, Kepala Sekolah menciptakan suasana
sekolah yang paling kondusif untuk pendidikan yang baik. Dan memimpin
para guru dalam mendidik peserta didik dengan memungkinkan peserta didik
mengembangkan kemampuannya secara maksimal.
Untuk SMK peran Badan Sertifikasi yang dibentuk
Pemerintah bersama dunia usaha dan Asosiasi Profesi harus menjamin mutu
SMK agar lulusannya dapat meaih sertifikat kejuruan.
Mutu pendidikan tinggi tidak lepas pula dari
kepemimpinan dan manajemen para Rektornya bersama Majelis Wali Amanah
atau Dewan Kurator. Hubungan erat antara para dosen dengan mahasiswa berdampak
baik kepada perkembangan ilmu pengetahuan maupun kepribadian mahasiswa.
Penyelenggaraan riset yang luas dan intensif meningkatkan mutu
pendidikan tinggi, khususnya pendidikan profesional. Dorongan kepada
mahasiswa agar aktif dalam penulisan makalah ilmiah serta usaha untuk
memasukkan makalah dalam Jurnal Akademi menunjang perkembangan mutu
pendidikan tinggi. Juga adanya berbagai Asosiasi Profesi yang secara
aktif mendorong perkembangan profesi masing-masing merupakan dorongan
langsung maupun tidak langsung untuk penjagaan mutu pendidikan tinggi.
Demikian pula adanya kerjasama dengan pendidikan tinggi luar negeri.
Selain pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan juga
amat penting penguasaan bahasa Indonesia dan bahasa asing, khususnya
bahasa Inggeris. Hal itu berpengaruh kepada cara berpikir dan kemampuan
mengekspresikan diri serta berkomunikasi.
Para Kepala Sekolah mulai TK hingga pendidikan
menengah dan pimpinan pendidikan tinggi beserta para guru dan dosen
harus dapat merangsang dan mendorong peserta didik agar bersedia
mengembangkan dirinya secara maksimal agar dapat berprestasi dalam
berbagai bidang, baik ilmu pengetahuan, kesenian maupun olahraga.
Perkembangan peserta didik sebagai individu itu disertai kesediaan dan
kemampuan untuk selalu hidup dalam kebersamaan dan menyadari bahwa
kehidupan sangat bersifat holistik. Salah satu indikasi bahwa Indonesia
masih tertinggal dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
terlihat dalam kenyataan belum adanya seorang Indonesia memperoleh
Hadiah Nobel dalam salah satu cabang disiplin ilmu.
Sinergi antara pendidikan keluarga, pendidikan
masyarakat dan pendidikan sekolah diwujudkan dengan partisipasi para
orang tua dalam kegiatan sekolah dan organisasi masyarakat. Demikian
pula partisipasi lembaga sekolah dengan berbagai kegiatan masyarakat.
Konektivitas itu akan meningkatkan dampak positif dari pendidikan di
semua bagian masyarakat.
Pendidikan keagamaan Islam amat besar pengaruhnya
kepada mutu pendidikan nasional secara keseluruhan, mengingat besarnya
jumlah peserta didik yang menempuh pendidikan itu. Kalau MI, MTs, MA dan
MAK tidak memberikan pendidikan umum dan kejuruan yang hasilnya
menyamai hasil SD, SMP, SMA dan SMK, maka akibatnya adalah bahwa terjadi
dualisme yang serieus akibatnya bagi perkembangan bangsa. Apalagi kalau
di pondok pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan lain diberikan
pendidikan yang menciptakan sikap hidup serta perilaku yang bertentangan
dengan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahwa di masa
lalu banyak lembaga pendidikan keagamaan Islam kurang menyadari hal ini
dapat dilihat pada keadaan bangsa kita dewasa ini. Para pemimpin yang
mengendalikan pendidikan keagamaan Islam hendaknya memahami hal ini dan
menempuh langkah-langkah yang sudah ditempuh oleh rekan mereka yang
sudah sadar akan hal ini dan telah berbuat yang tepat. Sayang sekali
mereka masih sedikit jumlahnya.
Juga pendidikan agama dan budi pekerti amat besar
perannya kepada mutu pendidikan nasional. Sampai saat ini harus
dikatakan bahwa pelaksanaan pendidikan semua agama dan pendidikan budi
pekerti masih kurang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan agama masih lebih banyak berorientasi kepada penonjolan diri
serta ritual agama masing-masing dari pada menciptakan kecerdasan
spiritual (spiritual intelligence ) pada peserta didik.
Demikian pula pendidikan agama masih kurang dampaknya kepada pembentukan
budi pekerti peserta didik, padahal itu seharusnya merupakan bagian
penting pendidikan agama. Itu berarti bahwa kebanyakan guru agama belum
menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya dan bahwa pendidikan yang
mereka terima untuk menjadi guru agama masih perlu perbaikan.
Memperhatikan hal itu maka sebaiknya pendidikan budi pekerti
diintegrasikan dalam semua mata pelajaran dan diberikan secara langsung
atau tidak langsung oleh semua guru. Terutama peran Guru Kelas dalam
pendidikan budi pekerti perlu ditekankan. Kecerdasan spiritual dan mutu
budi pekerti yang tinggi amat penting bagi masa depan bangsa, agar ilmu
pengetahun dan teknologi tersalur ke arah yang benar dan positif bagi
perkembangan negara dan bangsa..