Konsumerisme Penjajahan Gaya Baru

Semua orang, baik yang pernah sekolah maupun tidak tentu saja pernah belajar sejarah. Mulai dari sejarah peradaban manusia, perjuangan bangsa Indonesia hingga sejarah dunia. Untuk itu anda pasti masih ingat bahwa banyak paham atau doktrin yang mencoba menguasai dunia yang biasa dikenal dengan kolonialisme. Doktrin atau paham tersebut biasanya dibawa oleh satu atau sekelompok orang yang kemudian dipaksakan kepada seluruh dunia melalui berbagai jalan, termasuk jalan kekerasan.

Tentu kita masih ingat yang namanya fasisme, paham tertua di muka bumi ini. Mulai dari sejarah Mesir Kuno, Mesopotamia, Babylonia hingga tahun 1900-an, sejarah sarat akan fasisme. Bersamaan dengan fasisme, tumbuh pula gerakan yang dimotori oleh masyarakat kelas bawah yang diberi nama sosialisme. Gerakan yang pada awalnya memiliki tujuan untuk membela kaum proletar ini pada akhirnya juga menjadi gerakan kolonialisme dengan munculnya paham komunisme. Sebenarnya kemunculan sosialisme juga bukan tanpa alasan, melainkan sebagai gerakan perlawanan terhadap ketidakadilan yang ditimbulkan oleh suatu paham yang bernama kapitalisme. Paham kapitalisme menguasai dunia dengan semangat modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Semangat inilah yang menyebabkan penderitaan pada kaum pekerja dan masyarakat di sekitarnya. 

Konsumerisme sebagai paham turunan kapitalisme

Namun setelah beratus-ratus tahun, tidak ada satupun paham yang mampu menguasai dunia secara utuh. Semuanya kandas oleh perlawanan di berbagai tempat. Namun satu paham yang masih eksis dan berjaya adalah kapitalisme karena mereka telah menciptakan paham turunan yang disebut konsumerisme. Paham ini mendorong kita untuk membeli, membeli dan membeli. Apa saja yang kita inginkan, mereka sediakan. Ingat, kata kuncinya adalah “ingin”, bukan butuh. Mereka tahu bahwa sebenarnya kebutuhan manusia tidak banyak, namun keinginan manusia tidak ada batasnya. Setelah selesai dengan satu keinginan, manusia pasti menginginkan hal yang lain, meskipun sebenarnya mereka tidak membutuhkannya.

Konsumerisme dewasa ini

Konsumerisme menguasai seluruh aspek hidup kita saat ini. Bangun tidur hingga tidur lagi, kita dicekokki berbagai macam iklan, baik media cetak maupun elektronik. Paham ini juga memiliki turunan di Indonesia, salah satunya adalah gaulisme. Konsumerisme mengajarkan kepada kita bahwa jika kita mampu membeli sebanyak mungkin, maka kita semakin eksis. Demikian dengan gaulisme, berapa banyak barang mewah yang kita punyai menentukan seberapa eksis kita di dalam pergaulan bermasyarakat. Ini dapat dibuktikan di masyarakat bahwa banyak yang lebih menghargai orang yang menaiki mobil, berpakaian rapi dan bersepatu bagus daripada seorang yang tampak sederhana meskipun jumlah uang yang mereka miliki sama. Ini adalah fakta yang harus kita renungkan bersama.

Konsumerisme mendorong korupsi dan kebobrokan mental

Konsumerisme secara tidak langsung mengajarkan kepada kita bahwa hasil membenarkan cara. Bagaimana cara kita mendapatkan uang itu adalah tidak penting. Mereka terus membombardir kita dengan iklan, kemudahan fasilitas dan lain sebagainya yang membuat ego keinginan kita sebagai manusia terpacu. Dengan begitu mereka yang lemah iman akan mengandalkan segala cara untuk mendapatkan hal itu. Yang paling terlihat adalah korupsi di kalangan penguasa. Jika anda masih tidak percaya korupsi berhubungan erat dengan konsumerisme, coba lihat saja apa yang dimiliki oleh para pejabat yang terbukti korupsi. Mereka seringnya menggunakan uang hasil kejahatan itu untuk membeli sesuatu yang melebihi kebutuhannya. 
Konsumerisme adalah bahaya laten, itulah fakta yang sebenarnya. Memang fakta tampak lebih aneh daripada fiksi dewasa ini. Apakah kebetulan jika 1% orang di muka bumi menguasai 99% kekayaan dan membiarkan 99% orang di muka bumi memperebutkan 1% sisanya? Apakah suatu kebetulan bahwa bangsa-bangsa yang memiliki kekayaan alam besar justru adalah bangsa yang miskin? Tentu saja ini semua bukan kebetulan. Dunia sudah di dalam genggaman kapitalis dan konsumerisme adalah senjatanya. Untuk itulah mari kita galakkan untuk membeli sesuatu sesuai yang kita butuhkan saja. Sebelum membeli sesuatu, pikir dulu baik-baik apakah anda benar-benar membutuhkannya atau tidak. Dengan begitu, virus konsumerisme sulit untuk merasuk dalam hati dan pikiran anda. Bagaimana menurut anda?

Share this article :
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Faqih Muhammad - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger